Ramadan memasuki hari kedelapan. Syiar agama di bulan suci banyak dikumandangkan. Orang-orang dengan untaian sajadah dan peci beragam corak di kepalanya, berlomba-lomba mendatangi masjid unt bermunajat, beribadah kepada Allah, rabb semesta alam.
Setiap masjid di berbagai penjuru menggelar prosesi salat isya dan tarawih. Ada yang salat dengan 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir. Banyak juga yang menunaikan 23 rakaat. Tapi itu tak jadi soal. Karena, perbedaan rakaat hanya pada persoalan keyakinan akan dalil yang dipegangnya.
Di masyarakat kita, perbedaan itu memancing masalah. Kita asyik mempersalahkam mereka yang salat 8 rakaat, atau sebaliknya. Tapi kita selalu abai untuk mengajak mereka yang sama sekali tidak berniat untuk menunaikan ibadah sunnah itu.
Kedai kopi justru lebih ramai, ketimbang masjid. Tadarusan usai tarawih hanya dilakoni orang-orang itu juga. Tapi kedai kopi, yakinlah bahwa yang datang dari bermacam kelas, beragam wajah dan selalu orangnya berganti-ganti serta ramai. Tak di satu kedai, di kedai kopi lain begitu juga adanya.
Sent from my phone using trutap
0 comments:
Posting Komentar