DUA malam lalu saya terperangah, ketika membuka surat elektronik. Di kotak pesan sudah ada kiriman foto dari Yo Fauzan, teman saya di acehkita.com. Dia mengirim foto anak berusia 21 tahun, yang menderita lumpuh layu sejak berusia empat bulan. Sungguh miris!
Anak itu terkulai tak berdaya di atas dipan, di dekat jendela. Rumahnya sempit. Hanya jendela kecil satu-satunya ventilasi yang mengantarkan udara ke kamar yang – maaf—sumpek itu. Di ruangan sempit itu, Nurjannah menghabiskan hari-harinya: tidur, makan, buang air.
Ia sama sekali tak bisa menikmati udara segar, atau sekadar jalan-jalan di pagi dan sore hari. Kakinya lumpuh. Badannya kurus-kering.
Teman saya, Riza Nasser, menulis berita warga Desa Lamtimpeung, Kecamatan Darussalam, ini. Miris. Berikut saya kutip sebagian tulisan yang telah dimuat di acehkita.com.
Nurjanah, 21 tahun, warga Desa Lamtimpeung, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, membutuhkan biaya perawatan untuk mengobati lumpuh layu yang dideritanya sejak kecil. Menurut Muhammad Dehan, ayahnya, Nurjanah menderita lumpuh layu sejak usia empat bulan. Sebelum sakit, Nurjanah pernah disuntik tetanus oleh petugas kesehatan yang mendatangi rumah mereka.
Berikut yang ditulis di Facebook.
Bola matanya nanar, menatap dari balik jendela kamar berdiamer 3x3 itu. Di atas dipan yang mengeluarkan bau pesing, gadis yang kaki dan badanya mengecil ini, hidup serba memprihatinkan. Dia hanya bisa membolak-balikan badanya, seolah mengharap iba.
21 tahun lalu, menjelang magrib, Muhammad Dehan, pulang dari mengembala ternak dan memotong rumput. Pria yang kini berusia 64 tahun itu, mendapati Nurjannah, putri pertamanya, kejang-kejang. menjelang siang, rumahnya didatangi petugas kesehatan dan menyuntikkan vaksin tetanus ke tubuh Nurjanah.
Berita ini mengingatkan saya pada cerita Nek Rahsia, janda tua-miskin dari Geumpang, Kecamatan Pidie. Nek Rahsia mempunyai anak semata wayang, yang menderita keterbelakangan mental. Rahsia sendiri sering sakit-sakitan.
Cerita dan foto Nek Rahsia dimuat di Harian Aceh, ditulis dengan baik oleh Suparta. Ia juga memberikan kami foto dan dimuat di acehkita.com.
Kami lantas membuat aliansi. Harian Aceh dan acehkita.com, kemudian menggalang dana untuk membantu keluarga miskin ini. Penggalangan dana juga dilakukan oleh aktivis blog. Komunitas Blogger Aceh ikut andil. Dana yang terkumpul melalui solidaritas dunia maya ini lumayan banyak. Alhamdulillah, kami telah sepenuhnya menyerahkan bantuan itu kepada Nek Rahsia.
Pengalaman sukses itu, ingin kami lakukan lagi (saya tidak mau bilang lanjutkan, karena musim kampanye). Kali ini, acehkita.com ingin memfasilitasi kawan-kawan untuk menyumbang kepada Nurjannah.
Ide awalnya, kami ingin mengobati Nurjannah. Jika dana mencukupi, kami ingin membeli beberapa ekor kambing atau bebek atau ayam, untuk membantu ayahnya, Dehan.
Alhamdulillah, respons positif datang dari banyak kalangan. Fadli Idris dari Komunitas Aceh Blogger sudah memposting kabar duka ini di blognya. Aceh Forum juga ikut bagian.
Melalui pesan ini, saya ingin mengajak kawan-kawan blogger, pengguna internet, dan siapa pun yang membaca tulisan ini, berkenan menyumbang demi membantu saudara kita yang lagi mengalami musibah dan cobaan ini.
Berapa pun yang terkumpulkan, akan kami informasikan perkembangannya melalui blog ini, situs acehkita.com, dan Facebook via akun Riza Nasser.
Ingin ikut membantu, silakan kirimkan donasi melalui:
Nomor Rekening 8040020145
PERMATA BANK CABANG ACEH
a.n. Daspriani Y. Zamzami
Jangan lupa kabari kami setelah menyumbang, melalui: +628126968257 & +628126964923 e-mail: redaksi@acehkita.com. Terimakasih.
Radzie
0 comments:
Posting Komentar