Hari ini, perasaan saya sedikit gelisah. Galau dan terasa sesak. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Yang jelas, setelah gagang telepon saya letakkan. Semoga, kegalauan yang saya rasakan tidak jadi kenyataan.
Hari ini, tidak ada yang istimewa yang saya lakukan. Kecuali pengulangan apa yang telah kukerjakan kemarin, kemarin, kemarin, kemarin lagi, dan kemarinnya lagi. Artinya, saya hanya menjalani rutinitas, yang sudah selama setahun ini saya lakoni. Begitulah, saya mengisi hari-hari, termasuk hari akhir pekan dan hari libur.
Hari ini, seorang temen iseng. Dia miscol ke HP saya beberapa kali. Setiap diangkat, selalu diputuskan. Saya memutuskan untuk menelponnya. Tapi, tak juga tersambung. Otomatis saya menggerutu, karena jengkel.
"Bahaya kalau ada yang miscol. itu..." kata seorang kawan.
"Apa cakap..."
Dia juga berusaha menakuti saya. Bukan apa-apa, saat menerima miscol itu, saya lagi mengedit tulisan kekisruhan di Rumah Tahanan Jantho Aceh Besar. Kekisruhan itu disebabkan ada aparat intel polisi yang memaksa narapidana GAM untuk berpose di depan bendera GAM yang digambar di dinding sel. Jelas, si napi menolak. Nah, saat menolak itulah, seorang intel mengeluarkan sepucuk pistol dan menodong ke kepala si napi.
Kontan saja, si napi yang pernah dapat pendidikan militer ini, berteriak, sehingga mengundang perhatian sesama napi. Beberapa intel itu dikejar dan hampir ketangkap. Saya bisa membayangkan, jika ketangkap, intel itu akan babak belur. Nah, skenario selanjutnya, pasti akan ketahuan. Ke Rutan Jantho akan dikerahkan sejumlah personel aparat keamanan untuk mengamankan lokasi. Akan ada interogasi terhadap napi. Pasti, karena napi GAM, akan ada pemukulan dan segala macam. Tapi, untung itu tidak terjadi.
Begitulah. Saya jadi paranoia saat mendapat telpon tak dikenal. Makanya, jujur, saat menerima tiga kali miscol itu, saya kok rada takut.
Akhirnya, saya memilih mengirimi SMS ke nomor yang tidak terdaftar di HP.
"Maaf. Ini siapa, ya? Kamu miscol. Dan saat saya telpon, tak juga dijawab. Ada perlu apa ya. Bisa saya bantu?"
Itu bunyi SMS yang saya kirim ke nomor 085218*****.
"Saya dapat nomor anda dari teman. Saya baca situs yang anda kelola, sangat tajam sekali. Apa tadi nomor kantor anda? Maaf sinyal kurang bagus di banda. Salam."
Saya ketawa getir. Saya tahu, ini anak bukan lagi berada di Banda. Karena, dia memakai nomor handphone luar Aceh. Saya kemudian membalas.
"Oo. Tapi nomor yang anda pake bukan nomor banda deh. Bisa saya tau siapa anda?"
"Nama saya R*** ******i tapi anda dapat memanggil saya N******t...."
Saya ketawa ngakak saat menerima SMS balasan itu. Wah, dia sukses ngerjain saya hari ini. Eh, dia ternyata mau ngabari kalau dia itu udah ganti nomor HP. Saya kembali membalas SMS.
"Ah, ga kenal tuh. Siapa ya. Tapi sinyalnya emang kagak bagus tuh. Ngerjain gw lo ya."
Kembali saya berusaha menelpon kawan yang memang imut itu. Manis lagi. (Jangan marah, ya).
Tak juga bisa tersambungkan. Bikin patah arang juga ngehubungi ini si imut. Kembali saya berkutat dengan tuts komputer, hingga membuat mata perih.
Cihaa, saya teringat nomor dia yang satu lagi. Saya telpon, dan berbicara panjang lebar. Bisa katawa ngakak juga di telpon. Tengkiu, ya.
Saat mau nulis blog ini, komputer saya hang. Sehingga, apa yang saya tulis hilang semua. Ini adalah tulisan kedua. Semoga lebih baik dari yang belum sempat saya edit.
Udah ah....
Maaf, pembaca, saya tidak menuliskan semuanya ya. Soalnya, saya sensor, ada hal-hal yang tak layak diketahui publik, hehehe.....
Jakarta, 20 Agustus 2005
Ditulis sehabis nonton Garfield. Kocak banget deh! Selain ada bumbu persahabatan antara kucing (Garfield) dan anjing (Odie). Juga, percintaan antara Jon (Breckin Meyer) dan Liz (Jennifer Love Hewitt).
0 comments:
Posting Komentar