Senin, Februari 23, 2009

Presiden Resmikan Museum Tsunami

FAKHRURRADZIE GADE

BANDA ACEH – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini meresmikan Aceh Tsunami Museum di Lapangan Blang Pa dang , Banda Aceh. Selain meresmikan Aceh Tsunami Museum , Presiden juga meresmikan 12 proyek yang dikerjakan di masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pascatsunami empat tahun silam.

Museum tsunami dibangun di atas lahan seluas 10.000 meter persegi. Gedung ini berlantantai empat seluas 6.000 meter persegi. Museum tsunami didesain oleh M. Insan Kamil, dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung. Dia berhasil memenangkan sayembara desain museum yang diselenggarakan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).


Ridwan Kamil memadukan konsep rumah tradisional Aceh dengan bukit penyelamatan sehingga desain museum ia namakan dengan “Rumoh Aceh as Escape Hill”. Selain sebagai museum, yang di dalamnya akan dijadikan sebagai pusat data, informasi dan pengetahuan tsunami, museum ini juga dimaksudkan sebagai monument mengenang bencana tsunami. Selain itu, bagian atas bangunan ini didesain untuk menampung oran g jika bencana kembali menerjang Aceh.

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, kehadiran museum tsunami di Aceh sangat penting karena akan menjadi monumen untuk mengenang bahwa di Aceh pernah terjadi gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter yang menimbulkan gelombang tsunami.

Kepala BRR Kuntoro Mangkusubroto menyebutkan, museum tsunami akan menjadi landmark bagi Aceh untuk memperingati dan mengenang bencana tsunami. “Ini akan menjadi kulminasi kekayaan sejarah tentang dahsyatnya tsunami yang kemudian menyatukan dunia dalam upaya membangun kembali kehidupan masyarakat yang sempat porak-poranda,” kata Kuntoro.

Desain museum sarat dengan nilai kearifan lokal. Hal itu tercermin dari desain museum yang menyerupai Rumoh Aceh (rumah tradisional berupa rumah panggung) yang berpadu dengan konsep bukit penyelamatan. Museum juga didesain menyerupai gelombang raya yang mengingatkan kita pada tsunami.

Sementara dindingnya didesain dengan motif tari saman (tari tradisional). Di tengah-tengah museum ada satu cerobong berbentuk slinder yang menjulang ke langit. Melalui cerobong setinggi 33 meter ini nantinya akan memantulkan cahaya ke langit. Kamil menamakan cerobong ini dengan The Light of God, pertanda hubungan manusia dengan Tuhan.

Di museum juga ada terowongan yang menggambarkan suasana dukacita yang dinamakan dengan tunnel of sorrow, memorial hall, amphitheatre. Di ruang paling atas (atap) didesain berbentuk elips yang akan ditanami rumpung dan berfungsi sebagai escape hill. Dari atap ini, dapat melihat Kota Banda Aceh.

Museum tsunami ini merupakan proyek bersama antara BRR Aceh-Nias, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Aceh, dan Pemerintah Kota Banda Aceh. Pembangunan museum ini menelan biaya sebesar Rp 67,8 milyar. Nantinya, pihak Kementerian ESDM akan mengisi kebutuhan museum ini. ***

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting