Laporan: Fakhrurradzie MG
Aceh Interaktif – Banda Aceh. Yayasan AcehKita bekerjasama dengan Forum Lembaga Swadaya Masyarakat Aceh (Forum LSM) menggelar Konferensi Lingkungan Hidup atau Green Conference di Nanggroe Aceh Darussalam, sejak 21-23 Juni 2005.
Menurut rilis yang diterima Aceh Interaktif, konferensi ini bertujuan untuk mengangkat teladan serta prinsip lingkungan hidup dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pascagempa dan tsunami.
Dalam konferensi yang diikuti peserta dari LSM dalam dan luar negeri, masyarakat dan unsur pemerintah itu, akan ikut membahas masalah pengadaan kayu yang dijadikan bahan bangunan dalam rekonstruksi Aceh.
Bruno Rebelle dari Greenpeace International mengatakan, konferensi ini juga akan membicarakan masalah kondisi lingkungan hidup, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia, seperti Afrika, Amerika dan Eropa. “Masalah illegal logging juga akan ikut disinggung,” kata Bruno dalam konferensi pers di Pante Pirak Café Banda Aceh, Senin (20/6).
Penggunaan kayu ilegal dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh mendapat sorotan tajam. Untuk menghindari penebangan liar, Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam bekerjasama dengan Greenomics, berusaha mendatangkan kayu impor. Pasalnya, dalam rekonstruksi ini, setidaknya dibutuhkan kayu sebanyak 2 juta meter kubik atau setara dengan empat kali Negara Singapura.
Frank Momberg, Direktur Fauna and Flora International (FFI), mengatakan, penebangan liar sangat parah melanda hutan-hutan di Indonesia, seperti hutan Kerinci (Jambi). “Di Aceh yang kurang, karena daerah ini dilanda konflik,” kata Frank Momberg dalam bahasa Indonesia yang fasih. [aceh interaktif]
0 comments:
Posting Komentar