Minggu, Maret 12, 2006

Negeri Ganja

Kembali ladang ganja ditemukan di Bireuen, Aceh, Ahad (12/3). Daerah ini telah menjadi penghasil ganja terbesar di dunia. Dalam sebulan sahaja, sudah seratusan hektare ganja ditemukan. Itu hanya di kawasan Kabupaten Bireuen. Belum di Blang Pidie Aceh Barat Daya, atau di Aceh Utara pedalaman. Belum angka yang ditemukan di Takengon Aceh Tengah atau di Kutacane Aceh Tenggara.

Di Aceh Besar, sebuah subdistrik sangat terkenal karena ganja. Lamteuba nama distrik itu. Kalau orang sudah berbicara Lamteuba, maka asosiasi yang akan berkembang ada dua: daerah hitam dan ganja.

Benar, bahwa Lamteuba terkenal sebagai kawasan hitam yang penuh dengan gejolak. Jarang ada yang pergi ke kawasan ini. Santer terdengar kabar, Lamteuba dikuasai Gerakan Aceh Merdeka, dulunya. Seperti halnya Nisam di Aceh Utara dulu. Warga Nisam dulu juga hidup dalam kungkungan konflik. Pasukan GAM bebas bergerak, laiknya polisi dan tentara Indonesia berpatroli di kota-kota. Tidak ada kekuasaan Indonesia di sana.

Saya pernah mendengar rumor (tidak tahu apa benar atau tidak, karena saya belum pernah ke sana). Ada warga Nisam yang turun ke Lhokseumawe untuk membeli peralatan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari. Eh, saat terjaring sweeping tentara Indonesia, warga Nisam malah ditanyain paspor. Bukan KTP! Saya tidak tau, apakah rumor ini benar adanya atau jenaka belaka.

Kembali ke Lamteuba. Di kawasan ini, berkisar antara tahun 2000 hingga 2002, beberapa personel tentara Indonesia dari Kesatuan Angkatan Udara menjemput maut, karena dihadang pasukan gerilyawan. Pemandangan ini memang lazim terjadi di kawasan lain, saat itu.

Nah, yang membuat harum nama Lamteuba, karena ganja produksi di sana, dikabarkan bagus. Banyak dijumpai tanaman haram itu di sana. Entah siapa penguasa atas ganja itu. Apakah GAM, penduduk setempat, atau malah hasil kongkalikong aparat Indonesia dengan pengusaha setempat, lokal, dan bahkan pengusaha dari luar Aceh. Entahlah. Tapi, bukankah aparat polisi dan tentara juga doyan dan sangat suka dengan daun haram itu?

Di daerah hitam, tak jarang memang serba hitam atau abu-abu. Sulit menebak dan memprediksinya. Namanya saja hitam!

Ganja di Aceh sudah dikenal puluhan tahun silam. Tetua Aceh dulu, kabarnya menjadikan biji ganja sebagai pelezat makanan. Ini benar adanya.

Kalau Anda pernah mencicipi mie Aceh atau kari kambing, jangan-jangan, dua jenis makanan yang Anda cicipi itu, terkandung buliran biji ganja. Lezat bukan? Bila setelah makan dua jenis masakan Aceh itu Anda merasa berkunang-kunang, maka, yakinlah makanan itu terkandung biji ganja. Saya tidak berbohong!

Teungku Bantaqiyah, yang dibantai militer Indonesia pada 23 Juli 1999 di pesantren Babul Mukarramah miliknya di Beutong Ateuh, Nagan Raya (dulu Aceh Barat), juga disebut-sebut sebagai ulama yang menghalalkan ganja. Kata informasi itu, Bantaqiyah menghalalkan ganja untuk membeli senjata untuk keperluan Gerakan Aceh Merdeka yang ingin memisahkan Aceh dari republik ini.

Karenanya, Bantaqiyah kemudian menjadi orang nomor wahid yang menjadi incaran pasukan Indonesia. Hingga, pada hari Jumat 23 Juli 1999 itu, Bantaqiyah harus mati di tangan pasukan pembunuh itu.

Itu sekelumit kisah ganja dan efek besarnya. Selain tentu, merusak kesehatan si penghisap. Tidak diceritakan lagi, kalau ganja memang bisa mematikan, lebih bahaya dari Extacy, kalau overdosis ganja.

Banda Aceh, March 12, 2006

3 comments:

Anonim mengatakan...

Anda keliru. Ganja (marijuana) yang batangnya tumbuh hingga 2 meter itu bukan jenis yang digunakan sebagai bumbu masak oleh orang Aceh zaman dulu. Bumbu masak yang digunakan di Aceh (dan juga di Sumatera Barat) dikenal dengan nama kas kas, dihasilkan oleh tumbuhan perdu yang tinggi batangnya cuma maksimum 30cm dan daunnya kecil. Memang tumbuhan ini satu famili dengan ganja, tapi ini bukan Canabis sativa yang menjadi bahan narkotika itu.

Anda juga salah ketika menyebut kuah gulai (kari) Aceh yang dibumbui dengan ganja. Itu hanya mitos. Kuah kari Aceh memiliki rasa yang khas karena menggunakan bahan campuran campli kleng, campli cut, aweuh, lada, lada itam, lawang kleng, dan jeura maneh dengan komposisi campuran yang tepat. Unsur capsicum yang terkandung dalam campli (apalagi campli kleng yang kadar capsicumnya tinggi) itulah yang menimbulkan perasaan mengantuk setelah memakannya.

Jangan pernah percaya dengan "katanya" kalau anda tidak melihatnya sendiri.

Anonim mengatakan...

siapa bilang lamteuba negeri ganja toh orang disana cuma nanam cabe,Kemiri,Bakong Aceh. Gak ada yang namanya ganja ya toh, gak percaya.bohong.............paling ada ganja moto geurebhak.

Anonim mengatakan...

Well its too bad that the cooking doesn't use Cannabis Sativa. Perhaps in English its called Hemp.?
However, Cannabis Sativa has a strong flavor... and it feels very relaxing...!
And there are no moral restrictions
(except by the world governments) or religious restrictions when it comes to SMOKING.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting