Jumat, Desember 28, 2007

Indonesia Marks Anniversary of Deadly Tsunami

Dec 26, 10:10 AM EST

By FAKHRURRADZIE GADE
Associated Press Writer

CALANG, Indonesia (AP) -- Survivors prayed at mosques and mass graves Wednesday to mark the third anniversary of the devastating Asian tsunami, while hundreds fled beaches as part of a drill to test an alert network established since the disaster.

The waves on Dec. 26, 2004, spawned by the mightiest earthquake in 40 years, killed around 230,000 people in 12 Indian Ocean nations, just under half of them in the Indonesian province of Aceh on Sumatra island.

Coastal communities in Sri Lanka and India lost some 45,000 people between them. The waves also crashed into tourist resorts in southern Thailand, killing more than 5,000, half of them foreign vacationers.

The disaster overwhelmed authorities in Aceh, where bodies littered devastated neighborhoods for weeks. Most victims were never formally identified and tens of thousands were buried in mass graves.

Nur Aini lost her husband and one of her two children to the waves.

"We are praying for them today even though I don't know where they are buried," she said. "My remaining child still calls out for his father."

The disaster, one of the deadliest of the modern age, promoted a global outpouring of sympathy, with governments, individuals and corporations pledging more than $13 billion in aid.

In Aceh, more than 100,000 houses, scores of schools and hospitals and miles of roads have been rebuilt. Whilst there have been complaints of corruption and waste, most people involved in the reconstruction process say it has gone well.

"I hope we can turn a new page now and leave sadness, cries and tears behind us," Aceh Governor Irwandi Yusuf told hundreds gathered at a prayer ceremony in the hard-hit town of Calang. "I hope one day we can pay our debt to the world by becoming a donor to other countries hit by disasters."

Thailand held ceremonies throughout the day along its white-sand southern beaches.

Survivors and families of victims were invited to Phuket's Patong beach, a popular strip of hotels and restaurants, to lay flowers in the sand. Chanting Buddhist monks were to light incense and lead an ecumenical prayer service.

The tsunami drill in Indonesia took place on the western tip of Java island close to the capital, Jakarta. It was attended by President Susilo Bambang Yudhoyono and other top government officials.

Those taking part ran or walked around a mile inland after the siren sounded.

Foreign governments are helping Indonesia establish a nationwide network of buoys and high-tech communications equipment that would give coastal communities warning if there is a tsunami. The network is up and running in several regions of the country, but 20 more buoys are due to be launched in 2008.

Indonesia is frequently rocked by powerful earthquakes because of its position on the "Pacific Ring of Fire," an arc of volcanoes and tectonic fault lines encircling the Pacific Basin.

The observances came amid widespread flooding in parts of Indonesia. Heavy rains triggered landslides that killed dozens of people on Java island, though far from the scene of the tsunami and Wednesday's drill.

© 2007 The Associated Press. All rights reserved. This material may not be published, broadcast, rewritten or redistributed. Learn more about our Privacy Policy.

Selasa, Desember 04, 2007

Perayaan Ulang Tahun GAM di Aceh


GAM memperingati Milad ke-31 yang jatuh pada Selasa (4/12) secara sederhana. Di beberapa tempat, anggota GAM dan KPA menggelar doa bersama, kenduri, dan menyantuni anak yatim korban konflik. Gubernur Irwandi Yusuf ikut hadir dalam peringatan milad di Indrapuri.

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) memperingati Milad ke-31 yang jatuh pada Selasa (4/12) secara sederhana. Di beberapa tempat, anggota GAM dan Komite Peralihan Aceh (KPA) menggelar doa bersama, kenduri, dan menyantuni anak yatim korban konflik. Gubernur Irwandi Yusuf ikut hadir dalam peringatan milad di Indrapuri.

Peringatan Milad GAM di Aceh Besar dipusatkan di kompleks makam pahlawan nasional, Teungku Chik di Tiro, di Desa Meureue, Kecamatan Indrapuri. Selain itu, peringatan milad juga dilakukan anggota GAM daerah II Cot Keu-eueng, yang dipusatkan di kompleks makam Teungku Gle Iniem di Desa Krueng Kale, Kemukiman Siem, Kecamatan Darussalam. Peringatan serupa juga digelar di kawasan Lhoknga.

Di Kompleks Makam Teungku Chik di Tiro, anggota KPA dan GAM menggelar doa bersama yang dipimpin Teungku Syekh Ahmad, dan kenduri rakyat, yang dihadiri ratusan warga di sekitar lokasi peringatan.

”Ini doa bersama untuk mengenang kawan-kawan seperjuangan yang telah lebih dulu mendahului kita. Milad GAM kali ini bertujuan untuk menjaga perdamaian, bukan seperti milad sebelumnya yang diperingati dengan upacara militer dan pengibaran bendera. Hari ini, tidak satu pun bendera kita kibarkan,” kata Saifuddin bin Yahya, Wakil Ketua KPA Aceh Besar, kepada wartawan sesaat sebelum doa bersama digelar.

Dia menambahkan, peringatan milad ke-31 ini juga diisi dengan menyantuni 400 anak yatim piatu korban konflik. Per anak yatim mendapat santunan Rp150.000. Untuk kenduri, mereka menyembelih 10 ekor lembu.

Saifuddin menambahkan, peringatan milad GAM tidak mempengaruhi proses perdamaian yang sedang berlangsung. KPA juga sudah memberitahukan jauh-jauh hari peringatan ulang tahun ini kepada pihak berwenang. Bahkan, mereka menyebarkan 5.000 undangan kepada segenap lapisan masyarakat.

Di antara tamu yang diundang, termasuk Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen Supiadin AS hingga jajaran aparat keamanan di tingkat kecamatan. Di ranah sipil, KPA mengundang Gubernur Irwandi Yusuf hingga camat setempat. “Kami juga mengundang beberapa petinggi GAM, seperti mantan Juru Bicara GAM Sofyan Dawood,” kata Saifuddin.

Gubernur Irwandi Yusuf termasuk petinggi daerah yang datang pada peringatan milad GAM di Desa Meureue sekitar pukul 13.00 WIB. Irwandi mengatakan, peringatan milad GAM tidak bertentangan dengan hukum dan tidak perlu dipersoalkan.

“Silakan saja adakan, dan milad ini tidak bertentangan dengan apa pun,” kata Irwandi kepada wartawan. “Saya datang ke sini sebagai masyarakat biasa. Sebagai gubernur juga saya punya hak menghadiri acara kerakyatan seperti ini. Tidak ada persoalan. Bahkan di rombongan saya juga ada polisi, BIN, TNI.”

Irwandi datang dengan mengenakan baju kemeja merah dipadu celana hitam. Irwandi larut dalam kenduri rakyat itu. Usai salat Dhuhur, Irwandi menyempatkan diri berziarah ke Makam Teungku Chik di Tiro dan membasuh muka dengan air yang ada dalam guci di kompleks makam tersebut. Usai berziarah dan berbincang dengan petinggi GAM Aceh Rayeuk Muharram dan masyarakat setempat, Irwandi kembali ke Banda Aceh.

Selain Irwandi, tampak pula Ketua Badan Reintegrasi Damai Aceh Nur Djuli, bekas perunding GAM Amni bin Ahmad Marzuki, dan mantan Panglima GAM Aceh Rayeuk Muharram.

Yusri, 30 tahun, mantan kombatan GAM Indrapuri, mengaku senang bisa memperingati milad secara leluasa di masa damai ini. “Kami memperingati milad tanpa senjata, dan atribut GAM, tapi saya merasa sangat senang karena bisa memperingati milad secara leluasa. Tidak ada perasaan was-was,” kata Yusri kepada acehkita.com.

Mantan kombatan yang pernah ditangkap pada tahun 2000 di kawasan Blang Bintang Aceh Besar ini menambahkan, peringatan milad tahun ini diperingati dengan sederhana. Mereka telah mendapat instruksi dari Panglima GAM Muzakkir Manaf untuk tidak mengibarkan bendera GAM dan upacara militer, karena bisa mengganggu proses perdamaian.

Peringatan milad sangat penting bagi Yusri untuk mengenang rekan-rekan seperjuangannya yang meninggal dalam perang selama tiga dekade. “Saya terharu kalau mengingat teman-teman saya yang telah meninggal. Hari ini, kami mengirim doa untuk mereka,” kata Yusri yang bergabung dengan GAM pada tahun 2000 ini.

Hal senada juga dikemukakan mantan Juru Bicara GAM Aceh Besar Teungku Muchsalmina. Dia menyebutkan, momentum milad digunakan anggota GAM dan KPA untuk mengingat kembali apa yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan mereka yang sudah meninggal.

“Sebagai masyarakat Aceh, kami harus meneruskan perjuangan mereka dengan cara menjaga dan melaksanakan MoU Helsinki dengan baik, agar perjuangan mereka tidak sia-sia,” kata Muchsalmina saat ditemui usai mengikuti peringatan milad di Gle Iniem, Desa Krueng Kale, Kecamatan Darussalam.

Seperti halnya di Desa Meureue, Indrapuri, peringatan milad di Gle Iniem juga diisi dengan kenduri, doa bersama, dan menyantuni sekitar 250 anak yatim korban konflik. Teungku Muhammad Yatim, ketua panitia milad GAM Daerah II, kepada situs ini mengatakan, momentum milad ini juga digunakan KPA daerah II untuk meresmikan kantor KPA Sagoe Syiah Kuala yang berpusat di Lingke.

Secara umum, kondisi Aceh aman, kendati banyak pihak di Jakarta yang khawatir GAM akan mengibarkan bendera bulan bintang pada hari jadinya. Tidak ada insiden apa pun pada saat peringatan milad.

Pantauan acehkita.com di dua kecamatan basis GAM, yaitu Cot Keu-eueng, Kecamatan Kuta Baro, dan Desa Meureue, Kecamatan Indrapuri, warga menjalankan aktivitasnya secara normal. Di pasar Cot Keu-eueng, pemilik toko berjualan seperti biasa. Tidak ada raut ketakutan dan kecurigaan saat ada pendatang yang masuk ke wilayah itu.

Sementara itu, personel KPA Kota Sabang juga memperingati milad dengan doa bersama dan kenduri untuk anak yatim yang dipusatkan di kantor KPA yang ada di Kota Sabang. [efmg]

Senin, Desember 03, 2007

Penderita Hydrochepalus Butuh Bantuan


ACEH BARAT - Zulaikha, bayi berusia 12 bulan yang berasal dari keluarga korban tsunami menderita hydrochepalus (penumpukan cairan dalam otak) sejak lahir. Anak pertama dari Syarifah dan Bukairi ini sangat membutuhkan bantuan agar terbebas dari penyakit pembesaran kepala yang dideritanya.

Syarifah, ibu Zulaikha, saat ditemui wartawan di rumahnya di Desa Suak Geudeubang, Kecamatan Suak Timah, Aceh Barat, mengatakan, pernah berusaha mengobati sang buah hati ke Rumah Sakit Adam Malik Medan, Sumatera Utara, atas bantuan sebuah NGO asing yang menjalankan misi kemanusiaan di desanya.

Namun, Syarifah harus kecewa karena anaknya tidak bisa diobati. Menurut dokter, kepala Zulaikha tidak bisa dioperasi karena penyakit itu mengganggu saraf otak dan mata.

“Tidak bisa diobati, karena penyakit itu sudah mengenai saraf otak dan matanya,” kata Syarifah, Jumat (30/11) sore. “Kalau pun dioperasi, anak saya akan mengalami kebutaan atau malah gila.”

Syarifah mengaku sudah mengetahui tanda-tanda anaknya bakal menderita penyakit hydrochepalus saat memeriksa kondisi kandungan ke dokter. Akibatnya, Syarifah harus menjalani operasi caesar saat melahirkan Zulaikha. “Saya pasrah saja, karena itu memang kehendak Allah,” kata Syarifah sambil mengusap matanya.

Saat wartawan menyambangi rumah Syarifah, Zulaikha tampak ceria, seperti bocah normal lain. Namun, karena kepalanya yang membesar menyebabkan Zulaikha susah bergerak. Syarifah yang menggendong Zulaikha, berkali-kali harus menyangga kepala buah hatinya.

Zulaikha merupakan anak pertama pasangan Bukairi dan Syarifah, korban tsunami. Pasangan ini berasal dari keluarga miskin. Suaminya sudah tidak lagi bekerja sebagai penderes getah akibat didera komplikasi penyakit, setelah banyak tertelan air laut saat tsunami.

Syarifah dan Bukairi sangat berharap sang buah hatinya terbebas dari penderitannya. Namun, kehidupan ekonomi yang seret menyebabkan pasangan ini pasrah. “Kami sangat mengharapkan bantuan demi kesembuhan anak kami,” kata Syarifah. [efmg]

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting