Rabu, Juli 15, 2009

Ayo, Menulis di Wiki Aceh!

FAKHRURRADZIE GADE
Anggota Aceh Blogger Community

Gara-gara membidani lahirnya Wikipedia berbahasa Aceh, ia sempat tak lulus matakuliah. Ini upaya anak muda melestarikan bahasa Aceh di jagat maya. Dan, Wikipedia berbahasa Aceh pun tinggal selangkah lagi.

DI awal tahun 2008, Muhammad Nabil Berri punya kesibukan baru. Saban hari ia menyambangi warung internet usai jam kuliah. Ia tak melahap situs berita atau jejaring sosial yang digandrungi kawula muda. Selama berjam-jam ia betah memelototi monitor komputer di warnet untuk memperbarui laman web yang baru dibuatnya.

Saat itu, Nabil baru saja membuat halaman Wiki dalam bahasa Aceh. Ia mengajukan proposal kepada Wikimedia Foundation untuk menyediakan halaman khusus bagi pengembangan bahasa dan budaya Aceh di situs ensiklopedi daring (online), Wikipedia. Wikipedia merupakan ensiklopedia daring yang digemari warga dunia. Keinginan Nabil untuk membidani lahirnya Wikipedia dalam bahasa Aceh, terinspirasi dari Wikipedia dalam sejumlah daerah. Sebut saja misalnya, ada Wikipedia dalam bahasa Jawa, Sunda, dan Banyumasan.

“Kenapa tidak ada dalam bahasa Aceh?” pikir Nabil waktu itu.

Dengan berbekal uang jajan sehari-hari, mahasiswa Fakultas Kedokteran ini menyambangi warnet dan menulis permohonan kepada Yayasan Wikimedia. Ia kemudian diberikan laman di ruang inkubator Wiki. Di sinilah, saban hari ia menulis dan memperbarui tentang Aceh dalam bahasa Aceh. Sebelumnya, Wikipedia hanya menyediakan informasi tentang Aceh dalam bahasa Indonesia. Nabil sendiri, sering memperbarui berbagai informasi tentang Aceh di Wikipedia berbahasa Indonesia.

Nabil tergerak untuk melestarikan bahasa Aceh. “Perlu ada Wikipedia berbahasa Aceh untuk pelestarian bahasa Aceh, dan ada keinginan dari orang untuk belajar bahasa Aceh,” kata pria kelahiran Banda Aceh 23 tahun silam.

Sejak itu, ia aktif mengampanyekan proyek barunya ini. Kampanye tak hanya dilakukan pada teman-teman kuliahnya, tetangga, dosen, penjaga pustaka tempat ia kuliah, tapi juga kepada sejumlah warga Aceh yang menetap di luar negeri yang ia kenal. Sayang, tak banyak sambutan positif yang ia peroleh.

“Tidak ada respons, mereka cuma bilang insya Allah,” kata Nabil.

Pun begitu, ia tak patah arang. Di bulan April 2008, bulan pertama ia menggarap Wikipedia berbahasa Aceh, ia berhasil menambah anggota jadi dua orang. Bulan berikutnya bertambah jadi empat, dan terus bertambah di bulan selanjutnya.

Semula, ia girang, karena ada minat dari sejumlah teman-temannya. Tapi, sayang, bertambahnya anggota justru tak menambah jumlah postingan informasi di Wiki Aceh. Karenanya, ia makin mengintensifkan kampanye. Ia sendiri setiap bulan harus memposting dan memperbarui minimal 10 informasi.

“Jumlah posting-an di bawah 10, dianggap user tidak aktif dan dicoret secara otomatis oleh Wiki,” kata pemilik blog http://nabilberri.wordpress.com ini.

Baru pada awal 2009, Nabil memperoleh suntikan anggota baru. Abi Azkia, yang baru bergabung di akhir tahun 2008, menginput berbagai informasi ke Wiki Aceh. Abi Azkia merupakan seorang pengajar ilmu agama di Lamlo, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie.

“Ia menulis artikel soal agama. Tulisannya bagus,” ujar Nabil.

Gara-gara mengerjakan proyek nirlaba untuk melestarikan dan menggalakkan penulisan dalam bahasa Aceh, Nabil sempat abai pada pendidikan di kampusnya.

“Saya tidak lulus beberapa matakuliah. Pulang kuliah bukannya belajar, tapi langsung ke warnet untuk ngerjain ini,” kata alumnus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Banda Aceh. “Bahkan ada yang bilang, peue ka pungo?”

Kendati kuliah di Kedokteran, ketertarikan Nabil justru di bidang budaya dan bahasa. Selain mengelola blog pribadinya, Nabil juga aktif menggawangi blog bahasa Aceh yang beralamat di http://bahasaaceh.wordpress.com. Di blog ini, ia menulis sejumlah kosa-kata Aceh, seperi angka, ungkapan utama, kata tunjuk, kata tanya, hubungan bahasa Aceh dengan bahasa Melayu yang ditulis dalam empat seri, makanan, warna, dan berbagai postingan informatif lainnya. Banyak pengunjung yang merasa terbantu dengan adanya blog yang diasuh Nabil.

Nabil mengaku kesulitan dalam membidani lahirnya Wiki berbahasa Aceh ini. Selain karena literatur yang minim soal bahasa Aceh, juga terdapat dialek yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Nabil yang berasal dari Banda Aceh, harus bisa mengakomodasi pengunjung Wiki yang berasal dari kabupaten lain di Aceh.

Karenanya, ia berharap ada ahli bahasa Aceh yang mau membantu mengerjakan proyek ini, setidaknya memperbaiki tatabahasa Aceh yang sudah mereka tulis di
http://incubator.wikimedia.org/wiki/Wp/ace/ôn_Keuë.

Wiki berbahasa Aceh yang digagas Nabil (di Wiki dia punya akun Si Gam Acèh) kini sudah mendapat suntikan pengguna baru. Ia kini dibantu Fadli Idris. Aktivis Aceh Blogger Community ini tergerak untuk membantu Nabil melahirkan Wiki berbahasa Aceh. Saban hari mereka mendiskusikan tampilan dan informasi yang akan disajikan di halaman Incubator Wiki Aceh.

“Saya ingin bahasa Aceh tidak hilang di bawah pengaruh bahasa-bahasa lain. Dan generasi muda Aceh jangan malu menggunakan bahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari,” kata Fadli.

Menurut Fadli, Wikipedia berbahasa Aceh tinggal selangkap lagi mendapat persetujuan Wikimedia Foundation. Empat hari lalu, Fadli telah mengirim surat kepada Mark Durie,Ph.D, ahli linguistik yang mempelajari bahasa Aceh, asal Australia.

“Alhamdulillah, dia merespons positif. Nanti, pihak Wikimedia akan menghubungi beliau untuk mengonfirmasi apakah ini benar bahasa Aceh,” kata pemilik blog fadli.web.id ini.

Pun begitu, Fadli mengajak warga dan ahli bahasa Aceh untuk terlibat dalam pengerjaan Wikipedia berbahasa Aceh ini. Ia menyebutkan, Bahasa Acèh di wikipedia masih berada dalam incubator (tabung penetasan) yang membutuhkan perawatan untuk bisa menetas dengan baik.

Untuk bisa keluar dari incubator dan memiliki subdomain sendiri [ace.wikipedia.org], kata Fadli, masih membutuhkan perjuangan dan dukungan dari segenap pemuda Aceh yang bangga akan bahasa Acèh. Dibutuhkan sedikitnya 10 artikel setiap bulan. Sayang, untuk memenuhi batasan minimal ini, Fadli, Nabil, dan Abi Zaskia harus bekerja ekstra keras.

“Untuk dukungan saja masih 21 orang yang memberikannya. Sungguh naif memang dengan jumlah pengguna lebih dari 3 juta orang, namun sampai saat ini bahasa Acèh masih tertatih-tatih untuk bisa keluar dari inkubator Wikipedia,” sebutnya.

Nabil dan Fadli mengajak warga Aceh untuk terlibat dalam proyek Wiki ini. “Agar bahasa kita lestari. Mari kita cintai bahasa Aceh,” ujar Fadli. []

Artikel ini dimuat di Tabloid Kontras edisi 16 Juli 2009.

Jumat, Juli 03, 2009

Mari Bantu Nurjannah, Penderita Lumpuh Layu


DUA malam lalu saya terperangah, ketika membuka surat elektronik. Di kotak pesan sudah ada kiriman foto dari Yo Fauzan, teman saya di acehkita.com. Dia mengirim foto anak berusia 21 tahun, yang menderita lumpuh layu sejak berusia empat bulan. Sungguh miris!

Anak itu terkulai tak berdaya di atas dipan, di dekat jendela. Rumahnya sempit. Hanya jendela kecil satu-satunya ventilasi yang mengantarkan udara ke kamar yang – maaf—sumpek itu. Di ruangan sempit itu, Nurjannah menghabiskan hari-harinya: tidur, makan, buang air.

Ia sama sekali tak bisa menikmati udara segar, atau sekadar jalan-jalan di pagi dan sore hari. Kakinya lumpuh. Badannya kurus-kering.

Teman saya, Riza Nasser, menulis berita warga Desa Lamtimpeung, Kecamatan Darussalam, ini. Miris. Berikut saya kutip sebagian tulisan yang telah dimuat di acehkita.com.

Nurjanah, 21 tahun, warga Desa Lamtimpeung, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, membutuhkan biaya perawatan untuk mengobati lumpuh layu yang dideritanya sejak kecil. Menurut Muhammad Dehan, ayahnya, Nurjanah menderita lumpuh layu sejak usia empat bulan. Sebelum sakit, Nurjanah pernah disuntik tetanus oleh petugas kesehatan yang mendatangi rumah mereka.


Berikut yang ditulis di Facebook.

Bola matanya nanar, menatap dari balik jendela kamar berdiamer 3x3 itu. Di atas dipan yang mengeluarkan bau pesing, gadis yang kaki dan badanya mengecil ini, hidup serba memprihatinkan. Dia hanya bisa membolak-balikan badanya, seolah mengharap iba.

21 tahun lalu, menjelang magrib, Muhammad Dehan, pulang dari mengembala ternak dan memotong rumput. Pria yang kini berusia 64 tahun itu, mendapati Nurjannah, putri pertamanya, kejang-kejang. menjelang siang, rumahnya didatangi petugas kesehatan dan menyuntikkan vaksin tetanus ke tubuh Nurjanah.


Berita ini mengingatkan saya pada cerita Nek Rahsia, janda tua-miskin dari Geumpang, Kecamatan Pidie. Nek Rahsia mempunyai anak semata wayang, yang menderita keterbelakangan mental. Rahsia sendiri sering sakit-sakitan.

Cerita dan foto Nek Rahsia dimuat di Harian Aceh, ditulis dengan baik oleh Suparta. Ia juga memberikan kami foto dan dimuat di acehkita.com.

Kami lantas membuat aliansi. Harian Aceh dan acehkita.com, kemudian menggalang dana untuk membantu keluarga miskin ini. Penggalangan dana juga dilakukan oleh aktivis blog. Komunitas Blogger Aceh ikut andil. Dana yang terkumpul melalui solidaritas dunia maya ini lumayan banyak. Alhamdulillah, kami telah sepenuhnya menyerahkan bantuan itu kepada Nek Rahsia.

Pengalaman sukses itu, ingin kami lakukan lagi (saya tidak mau bilang lanjutkan, karena musim kampanye). Kali ini, acehkita.com ingin memfasilitasi kawan-kawan untuk menyumbang kepada Nurjannah.

Ide awalnya, kami ingin mengobati Nurjannah. Jika dana mencukupi, kami ingin membeli beberapa ekor kambing atau bebek atau ayam, untuk membantu ayahnya, Dehan.

Alhamdulillah, respons positif datang dari banyak kalangan. Fadli Idris dari Komunitas Aceh Blogger sudah memposting kabar duka ini di blognya. Aceh Forum juga ikut bagian.

Melalui pesan ini, saya ingin mengajak kawan-kawan blogger, pengguna internet, dan siapa pun yang membaca tulisan ini, berkenan menyumbang demi membantu saudara kita yang lagi mengalami musibah dan cobaan ini.

Berapa pun yang terkumpulkan, akan kami informasikan perkembangannya melalui blog ini, situs acehkita.com, dan Facebook via akun Riza Nasser.

Ingin ikut membantu, silakan kirimkan donasi melalui:

Nomor Rekening 8040020145
PERMATA BANK CABANG ACEH
a.n. Daspriani Y. Zamzami


Jangan lupa kabari kami setelah menyumbang, melalui: +628126968257 & +628126964923 e-mail: redaksi@acehkita.com. Terimakasih.

Radzie

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting