Kamis, Desember 23, 2010

Ibu (yang) Tegar

SEPEKAN ini saya bergulat dengan wawancara dengan sejumlah orangtua yang kehilangan buah hati mereka dalam gelombang tsunami, enam tahun silam. Mewawancarai mereka menjadi berat bagi saya. Apalagi kalau bukan karena harus mengorek kepedihan yang mereka alami dalam gelombang gergasi mematikan itu.

Saya tak hendak membangkitkan memori mereka untuk kembali mengenang petaka Minggu pagi itu. Sama sekali tidak. Beruntung, ibu-ibu yang saya wawancarai adalah orang-orang tegar yang pernah saya temui. Bagaimana tidak, mereka mau membagi cerita pedih itu kepada kita, walaupun airmata harus kembali menetes. Mereka dengan sabar menceritakan petaka yang merenggut buah hati mereka, enam tahun silam.

Selamat Hari Ibu...!!!

----
NOTE: Saya akan mengunggah kisah ibu-ibu yang tegar ini pada 26 Desember 2010. Tulisan ini untuk mengenang enam tahun hancurnya kampung kita.

Selasa, Desember 21, 2010

Dan Hasilnya Adalah....

Oleh FAKHRURRADZIE GADE
(radzie@acehkini.co.id)

Tes DNA menunjukkan bahwa Tarmizi dan Suryani bukan orangtua Riko Anggara. Namun, Suryani bersikukuh. Mereka meminta tes DNA diulang.

SURYANI tak sabar menunggu hasil tes DNA. Berkali-kali dia menelepon Anwar Yusuf Ajad menanyakan hasil tes yang dilakukan pertengahan Juli lalu. Lagi-lagi, upaya yang ditempuh Suryani dan suaminya, Tarmizi, tak membuahkan hasil. Tes DNA yang dilakukan untuk menelusuri jati diri Riko Anggara –bocah yang melejit namanya melalui kontes Idola Cilik di RCTI, sejatinya sudah keluar hasilnya pada 8 Agustus silam.
Suryani dan Tarmizi galau. Mereka tak sabar mengetahui hasil akhir pencarian anak mereka yang hilang dalam bencana tsunami empat tahun silam. Berkali-kali pula, Suryani menghubungi Anwar dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Aceh. Tetap saja, Anwar tak kunjung memberitahu hasilnya. Hingga pada medio September lalu, Suryani dan Tarmizi menyambangi kantor KPAID di bilangan Nyak Makam Lambhuk. Nah, di markas KPAID inilah, Anwar akhirnya buka kartu.

Anwar menyodorkan tiga lembar hasil tes DNA yang ditandatangani Dr. Djaja Surya Atmadja, SpF., PhD., SH, DFM dari Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasil tes DNA itu menyebutkan bahwa Tarmizi dan Suryani bukan orangtua biologis Riko Anggara. Selama ini, Tarmizi dan Suryani menganggap bahwa Riko merupakan Rahmat Yani, anak mereka yang hilang saat tsunami menghumbalang Aceh empat tahun silam.

Hasil tes itu tak serta merta membuat Tarmizi dan Suryani lega. “Saya masih yakin bahwa Riko itu anak saya,” kata Suryani kepada ACEHKINI usai mengetahui hasil tes DNA, medio September lalu.

Pemeriksaan kecocokan kode genetis ini adalah babak lanjutan dari upaya Tarmizi – Suryani untuk membuktikan siapa Riko sebenarnya. Sebelumnya, Mei silam, mereka bertemu Riko di studio RCTI.

Meski saat itu Riko mengaku bukan anak Aceh, pasangan suami istri asal Neuheun, Aceh Besar, ini menyakini bocah itu adalah anak mereka: Rahmat. Selain kemiripan wajah, tanda luka di tubuh Riko sama persis dengan Rahmat.

Namun, tes kecocokan kode genetis yang dilakukan pada medio Juli itu menunjukkan bahwa Suryani dan Tarmiz sama sekali bukan orangtua kandung Riko Anggara, bocah berusia 12 tahun. Dalam pemeriksaan DNA itu, Dr Djaja memeriksa 10 lokus (daerah) Short Tandem Repeats (STR) yang berbeda dalam DNA manusia. Jadi, baik Tarmizi, Suryani, maupun Riko Anggara diambil sampel darah dan lendir di mulut bagian dalam untuk dites DNA.

Tes terhadap DNA Tarmizi Abdurrahman dan Riko Anggara menunjukkan ada tiga lokus yang sama sekali berbeda atau negatif (eksklusi). Sementara tujuh lokus lagi sesuai. Tiga lokus yang tidak sesuai adalah FGA, vWA, dan D7S820. Sementara pada Suryani, yang diduga sebagai ibu Riko Anggara, menunjukkan ada tujuh lokus yang tidak sesuai. Hanya lokus vWA, D5S818, dan TPOX saja yang sesuai dengan lokus DNA-nya Riko Anggara.

Dr Djaja Surya Atmadja mengatakan, seorang pria benar ayah dari seorang anak jika pada setiap lokus DNA yang diperiksa ditemukan keadaan sesuai, yaitu keadaan di mana satu ZDNA anak sama (identik) dengan salah satu DNA pria tersebut. Namun, seorang pria yang bukan ayah biologis dari seorang anak jika ditemukan dua lokus DNA atau lebih dalam keadaan Ekskusi. Ekskusi adalah tidak ada satupun DNA anak yang identik dengan salah satu DNA sang ayah.

Begitu juga dengan hasil tes DNA Suryani. Dalam tes itu menunjukkan bahwa banyak lokus yang bersifat eksklusi. Hanya tiga saja lokus antara Suryani dan Riko yang sesuai. Karenanya, Dr Djaja menyimpulkan bahwa Tarmizi dan Suryani bukanlah orangtua biologis dari Riko Anggara.

Tentu saja hasil tes DNA ini mengecewakan Suryani dan Tarmizi. Bahkan, Suryani malah tidak mempercayai hasil itu. Bagi Suryani, Riko merupakan anak mereka yang hilang saat tsunami menghumbalang Aceh. Keyakinan Suryani dikarenakan ditemukan banyak kemiripan antara Rahmat Yani dengan Riko Anggara.

“Semua tanda khusus Rahmat ada sama Riko. Kami sudah membuktikannya,” kata Suryani, kecewa. “Demi Allah, Riko itu anak kami.”

Bukan hanya Suryani yang tak percaya hasil ini. Rizky, abang Rahmat, juga sulit memercayainya. Bagi anak pertama pasangan Tarmizi dan Suryani ini, Riko adalah adiknya. Selain pada kemiripan wajah dan tiga tanda yang ada pada Riko, Rizky ternyata masih mengenali satu tanda lagi. “Rahmat di jempolnya ada luka,” kata Suryani.

Suryani mengetahui bahwa Rahmat mempunyai luka di jempolnya setelah diberitahu Rizky. “Hanya Rizky yang tahu Rahmat ada luka di jempolnya,” kata Suryani. “Dia luka saat membelah kelapa. Saat luka itu, Rahmat malah minta abangnya untuk tidak menceritakan pada saya.”

Sebelumnya, Suryani menandai ada tiga luka di tubuh Rahmat yang ditemui pada Riko. Tiga luka itu ada di paha, di atas kening, dan lutut. Bahkan, kata Suryani, Riko saja tidak terlalu ingat lagi dengan luka yang ada di bagian tubuhnya. Misalnya saat Suryani menanyakan perihal luka yang ada di jempolnya. “Riko malah tanya, kenapa saya tahu ada luka di jempolnya,” kata Suryani.

Melihat banyak kesamaan dan kemiripan antara Riko dengan Rahmat, Suryani masih berniat untuk melakukan tes kode genetik lanjutan. “Sekarang kami memang pasrah pada Allah. Kalau memang itu anak kami, suatu saat dia akan cari keluarganya. Tapi, kalau nanti ada biaya, kami akan minta dites DNA ulang,” ujar Suryani. “Tanda-tanda itu yang membuat kami yakin bahwa Riko itu adalah Rahmat.” ***

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting