Senin, Februari 23, 2009

Indonesia opens tsunami museum


By FAKHRURRADZIE GADE,Associated Press Writer AP - 2 hours 5 minutes ago

BANDA ACEH, Indonesia - Indonesia opened a $5.6 million museum Monday to commemorate the 230,000 people who died in the 2004 Asian tsunami. The four-level building in hardest-hit Aceh province exhibits photographs of victims, stories of survivors and an electronic simulation of the massive undersea earthquake that triggered the 30-foot-high (10-meter-high) waves.

It also describes the tremendous outpouring of support from governments, companies and individuals in the aftermath of the Dec. 26, 2004 disaster, which caused death and destruction in a dozen nations.

More than $13 billion was pledged to house and feed survivors and to rebuild devastated coasts.

The government says the museum, designed by local architect Ridwan Kamil, is an important part of the recovery process, paying tribute to those who died and explaining to future generations what happened and why.

The opening was not without controversy.

More than 700 families are still living in barracks in Aceh, which was home to two-thirds of the victims, and some were disappointed to see millions of dollars being spent on a monument.

"They should be taking care of us first," said Anisah Tahir, 50, who has been living with her husband and two children in a tiny room in a squalid camp in the provincial capital, Banda Aceh.

"We need a decent place to live and sleep," she said.

Indonesia is located in the so-called Pacific "Ring of Fire," an arc of volcanos and fault lines encircling the Pacific Basin, and is one of the world's most earthquake-prone regions.

Presiden: Jangan Rusak Perdamaian Aceh

FAKHRURRADZIE GADE

BANDA ACEH – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta semua pihak untuk menjaga dan melanjutkan perdamaian Aceh. “Jalan ini adalah yang berbaik. Jalan ini yang dipilih oleh masyarakat Aceh dan didukung oleh masyarakat dunia,” kata Presiden Yudhoyono dalam pidato di hadapan pejabat pemerintah, komandan tentara dan polisi, serta pemuka masyarakat di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Senin (23/2).

Pada 15 Agustus 2005 Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka menandatangani Kesepakatan Damai di Helsinki, Finlandia. Kesepakatan Helsinki mengakhiri konflik bersenjata yang menewaskan tak kurang dari 15.000 warga sipil. Kedua belah pihak sepakat mengakhiri konflik bersenjata setelah tsunami meluluhlantakkan Aceh pada Desember 2004.
Yudhoyono sempat mengulang beberapa kali permintaan kepada para pihak yang sebelumnya bertikai di Aceh untuk mengubah persepsi terhadap lawan politiknya di masa lalu. “Hentikan cara pandang yang lalu. Kita memasuki lembar kehidupan baru. Tidak ada istilah DOM (Daerah Operasi Militer), tidak ada lagi istilah GAM. Lewat semuanya. Kita bersatu sekarang sebagai masyarakat Indonesia,” kata Yudhoyono.

Menurutnya, masyarakat Aceh dan Indonesia akan sangat rugi kalau perdamaian yang tengah berlangsung di Aceh buyar. “Kalau mundur kembali, kita akan merugi. Jangan ada yang mengganggu proses yang telah menghentikan konflik berdarah yang telah lama berlangsung di Aceh di waktu lalu. Saya punya keyakinan tinggi, apabila kita terus melanjutkan proses ini, rekonstruksi pascatsunami dan reintegrasi pascakonflik, masa depan Aceh akan makin cerah dan cemerlang. Ini tanggungjawab kita semua,” kata dia.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, kekerasan bersenjata di Aceh semakin marak. Terakhir kasus penembakan yang menewaskan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA/lembaga tempat mantan kombatan GAM bernaung) Ujong Kalak, Aceh Barat. Selain itu, sejumlah kantor Partai Aceh, partai yang dibentuk pentolan GAM, digranat oleh orang tak dikenal.

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, kekerasan bersenjata yang terjadi di Aceh merupakan tindakan kriminalitas. Tidak ada hubungan dengan pihak yang bertikai di masa konflik dulu. “Gangguan keamanan dalam skala kecil masih terjadi. Akan tetapi gangguan tersebut semata merupakan kriminalitas biasa dan tidak ada kaitannya dengan ekses masa lalu,” katanya.

Dia meminta semua pihak untuk menjaga dan merawat perdamaian. “Harus kita akui ada friksi-friksi dalam skala kecil tetap terjadi, seperti adanya gerakan yang tidak jelas, upaya mendiskreditkan partai tertentu, intimidasi masih terjadi. Ini adalah konsekwensi dari proses reintegrasi,” ujarnya. ***

Presiden Resmikan Museum Tsunami

FAKHRURRADZIE GADE

BANDA ACEH – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini meresmikan Aceh Tsunami Museum di Lapangan Blang Pa dang , Banda Aceh. Selain meresmikan Aceh Tsunami Museum , Presiden juga meresmikan 12 proyek yang dikerjakan di masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pascatsunami empat tahun silam.

Museum tsunami dibangun di atas lahan seluas 10.000 meter persegi. Gedung ini berlantantai empat seluas 6.000 meter persegi. Museum tsunami didesain oleh M. Insan Kamil, dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung. Dia berhasil memenangkan sayembara desain museum yang diselenggarakan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).


Ridwan Kamil memadukan konsep rumah tradisional Aceh dengan bukit penyelamatan sehingga desain museum ia namakan dengan “Rumoh Aceh as Escape Hill”. Selain sebagai museum, yang di dalamnya akan dijadikan sebagai pusat data, informasi dan pengetahuan tsunami, museum ini juga dimaksudkan sebagai monument mengenang bencana tsunami. Selain itu, bagian atas bangunan ini didesain untuk menampung oran g jika bencana kembali menerjang Aceh.

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, kehadiran museum tsunami di Aceh sangat penting karena akan menjadi monumen untuk mengenang bahwa di Aceh pernah terjadi gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter yang menimbulkan gelombang tsunami.

Kepala BRR Kuntoro Mangkusubroto menyebutkan, museum tsunami akan menjadi landmark bagi Aceh untuk memperingati dan mengenang bencana tsunami. “Ini akan menjadi kulminasi kekayaan sejarah tentang dahsyatnya tsunami yang kemudian menyatukan dunia dalam upaya membangun kembali kehidupan masyarakat yang sempat porak-poranda,” kata Kuntoro.

Desain museum sarat dengan nilai kearifan lokal. Hal itu tercermin dari desain museum yang menyerupai Rumoh Aceh (rumah tradisional berupa rumah panggung) yang berpadu dengan konsep bukit penyelamatan. Museum juga didesain menyerupai gelombang raya yang mengingatkan kita pada tsunami.

Sementara dindingnya didesain dengan motif tari saman (tari tradisional). Di tengah-tengah museum ada satu cerobong berbentuk slinder yang menjulang ke langit. Melalui cerobong setinggi 33 meter ini nantinya akan memantulkan cahaya ke langit. Kamil menamakan cerobong ini dengan The Light of God, pertanda hubungan manusia dengan Tuhan.

Di museum juga ada terowongan yang menggambarkan suasana dukacita yang dinamakan dengan tunnel of sorrow, memorial hall, amphitheatre. Di ruang paling atas (atap) didesain berbentuk elips yang akan ditanami rumpung dan berfungsi sebagai escape hill. Dari atap ini, dapat melihat Kota Banda Aceh.

Museum tsunami ini merupakan proyek bersama antara BRR Aceh-Nias, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Aceh, dan Pemerintah Kota Banda Aceh. Pembangunan museum ini menelan biaya sebesar Rp 67,8 milyar. Nantinya, pihak Kementerian ESDM akan mengisi kebutuhan museum ini. ***

Kamis, Februari 12, 2009

I’m afraid, the military will kill me

FAKHRURRADZIE GADE

SABANG – MUHAMMAD Hassan terbaring lemas di ruang berukuran 3 x 2,5 meter. Sudah enam hari dia di sana . Di dekatnya ada sebuah lemari kecil. Di atasnya ada obat dan infus. Al Quran warna kuning emas juga terdapat di atas lemari yang dipenuhi oleh obat dan makanan. Di atas Quran, ada dua boat yang terbuat dari kertas buku. Ukurannya kecil.

Bukan tanpa alas an Hassan membuat boat kertas itu. Selama sepuluh hari, dia bersama 583 oran g terombang-ambing di laut lepas, setelah Angkatan Laut Thailand melepaskan mereka di laut. Hasan dan 193 temannya terdampar di perairan Saba ng dan diselamatkan nelayan Sabang, 7 Januari silam.

Hasan merupakan satu di antara 193 etnis Rohingya yang terdampar di Saba ng. Hasan dan temannya akan berangkat ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Rencannya, mereka akan masuk Malaysia melalui Thailand . Sayang, di sana mereka ditangkap Angkatan Laut dan dipenjara selama tiga hari.

Selama dalam penjara Angkatan Laut Thailand , mereka dipukul dengan kayu dan ditendang. Banyak di antara mereka yang mengalami luka.

“Three days and nights we were jail by Thai navy. They beaten us,” Hasan said saat ditemui di Rumah Sakit Umum Sabang, Jumat (30/1).

Militer Thailand akhirnya memutuskan untuk melepaskan mereka di laut. “They brings us by boat with no engine, no food, no rice, and no water. They pulled out our boat to the sea. At the morning, they cut the rope in the ship and they shot the gun randomly to the air to threaten us. The peoples in the boats are crying and screaming.”

Mereka terombang ambing di laut selama sepuluh hari. Menurut Hasan, mereka sama sekali tidak mempunyai makanan dan minuman. Tak jarang, mereka harus meminum air laut dan air hujan untuk melepaskan dahaga.

“We just pray to Allah, to safe our life. We were ten days and nights in the sea. We just have water from the rainy. We also drink the salt water (sea). The wind (Hasan said the OXYGEN) will bring us to another place. And when I see the international ship, I shouted them to help us. But no one can help us. We just pray to Allah to safe our life. I don’t know the condition of my friends.”

Hasan berharap Ind onesia tidak memulangkan mereka ke Myanmar . Hasan mengaku kehidupan dirinya dan keluarganya terancam di sana .

“I don’t want to come back to Myanmar . I’m afraid. The military will kill us. I hope the Ind onesia n government will send me to Italy , to live with my brother.”

Selama dikarantina di Pangkalan TNI AL Sabang, 193 etnis Rohingya berharap-harap cemas dengan keputusan Pemerintah Ind onesia . Sejak Rabu (29/1), Departemen Luar Negeri masih mengumpulkan informasi dari etnis Rohingya. Saban hari mereka mewawancarai satu per satu warga Myanmar itu.

Wartawan yang meliput kondisi terakhir etnis Rohingya itu hingga kini tak mempunyai akses sama sekali. Mereka hanya diperbolehkan mengambil gambar dari luar pagar Pangkalan TN I AL. Wawancara sam sekali tidak diizinkan. Bahkan, staf Departemen Luar Negeri yang sedang mendata juga tak mau buka mulut soal kondisi warga Myanmar .

Secara umum, kondisi warga Myanmar itu baik. Selama ini mereka didampingi oleh Palang Merah Ind onesia . Tiap hari mereka menjalani aktivitas yang telah diatur oleh Palang Merah. ***

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting