Sabtu, November 22, 2008

AJI Banda Aceh Dirikan Sekolah Jurnalistik

Oleh FAKHRURRADZIE GADE

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh mendirikan sekolah jurnalistik pertama di Aceh yang dinamakan Muharram Journalism College (MJC). Muharram College membuka tiga kelas, yaitu media cetak, radio, dan televisi. Sebanyak 60 mahasiswa telah dinyatakan lulus untuk mengikuti ketiga program pendidikan itu.Muharram College diresmikan, Sabtu (22/11), oleh Debra Bucher, perwakilan Development and Peace (D&P), sebuah organisasi non-pemerintah asal Kanada yang terlibat dalam memulihkan kembali Aceh pascatsunami, bersama Hj Nur Asiah, ibunda (alm) Muharram M. Nur, mantan ketua AJI Banda Aceh periode 2002-2004.
Rektor Muharram College Maimun Saleh mengatakan, sekolah ini lahir sebagai bentuk kepedulian AJI Kota Banda Aceh terhadap peningkatan mutu jurnalis di Aceh. Apalagi, selama tiga tahun terakhir ini AJI berkonsentrasi dalam pengembangan kapasitas jurnalis dan pekerja pers kampus.
“Sekolah ini hanyalah upaya untuk mensentralkan dan mengintensifkan metode pembelajaran. Peserta tak hanya dibahani dengan teori, tapi juga akan dimaksimalkan dengan praktik lapangan,” kata Maimun Saleh yang juga Sekretaris AJI.
Muharram College membuka tiga jurusan, yaitu Jurnalisme Cetak, Jurnalisme Radio, dan Jurnalisme Televisi. Bagi mahasiswa kelas cetak, Muharram College menyediakan fasilitas laboratorium. Di sini mereka bisa belajar bagaimana menulis dan mengolah berita, dan bagaimana mengelola newsroom. Sementara untuk kelas radio dan televisi, Muharram College menyediakan fasilitas studio.
“Jadi, setelah mereka memperoleh teori dari ruang belajar, mereka bisa langsung praktik bagaimana sesungguhnya news gathering dan mengelola media. Ini adalah upaya regenerasi yang dilakukan AJI,” ujar wartawan Majalah ACEHKINI itu.
Ketua AJI Kota Banda Aceh Muhammad Hamzah mengatakan, Muharram College bertujuan untuk mendidik jurnalis muda yang professional dan bertanggungjawab. Sehingga berita-berita yang disajikan oleh media massa kepada publik menjadi semakin berkualitas. Apalagi selama ini dirasakan adanya kesulitan regenerasi, terutama di level penulis dan redaktur.
Dia menambahkan, Muharram College terbuka bagi siapa saja. Sebanyak 60 mahasiswa yang telah dinyatakan lulus seleksi terdiri atas mahasiswa di berbagai perguruan tinggi, pegiat pers kampus, dan jurnalis pemula. “Kita berharap setelah mereka belajar selama enam bulan di sini, bisa menyajikan informasi yang benar, akurat, dan jujur kepada publik,” kata Muhammad Hamzah.
Muharram College berasal dari nama mantan Ketua AJI Banda Aceh yang menjadi korban dalam musibah tsunami akhir 2004 silam, yaitu Muharram M. Nur. Yang bersangkutan, usai gempa menggoyang Aceh pada 26 Desember 2004 berusaha mengabadikan penjara Kajhu yang hancur. Tak berapa lama usai gempa, tsunami menerjang Aceh dan merenggut jiwa ratusan ribu warga. Muharram salah satu dari 27 jurnalis yang menjadi korban ganasnya gelombang gergasi di pagi Ahad itu.
Semasa hidupnya, Muharram yang bekerja untuk Tabloid Kontras, dikenal sebagai jurnalis handal, profesional, berani, dan bertanggungjawab. “Hari ini, Aliansi Jurnalis Independen mengabadikan nama beliau menjadi nama kampus, guna meneruskan perjuangannya dalam menggapai cita-cita untuk mencetak para jurnalis bermutu dan profesional,” ujar Hamzah.
Sementara itu, Koordinator Tsunami Response Development and Peace Debra Bucher, menekankan pentingnya peran jurnalis saat Aceh masih dalam masa transisi ini. Menurutnya, media memainkan peran besar dalam menjaga perdamaian yang berkelanjutan, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, dan persamaan gender di Aceh.
“Media akan memberikan kekuatan yang besar untuk membentuk cara kita berpikir dan masalah yang kita pikirkan. Untuk alasan ini, media mempunya peran penting bagi Aceh masa kini,” kata Debra.
Karena itu, kata Debra, saat AJI Banda Aceh menyatakan rencana pembentukan sekolah untuk mengkader jurnalis bermutu di Aceh, D&P langsung menyatakan kesetujuannya. “Sekolah ini akan memberikan kepada wartawan dan mahasiswa untuk memperkuat pengertian mereka dan kapasitasnya dalam mendukung perdamaian abadi, pengormatan terhadap HAM, dan persamaan gender. AJI percaya bahwa ketiga hal itu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi yang mereka miliki,” ujarnya.
Debra menambahkan, banyak jurnalis di Aceh yang tidak memiliki akses untuk pendidikan secara formal dalam meningkatkan kapasitas dan profesionalitas jurnalistiknya. Kesulitan akses ini berimplikasi pada mutu jurnalis dan kesulitan regenerasi. “Ini mengakibatkan perdamaian abadi, penghormatan terhadap HAM, dan persamaan gender seolah-olah terlupakan oleh media di Aceh,” kata dia.
Anggota Dewan Pers Bekti Nugroh0 dalam sambutannya mengatakan, AJI Banda Aceh telah mendahului Dewan Pers dalam mendirikan sekolah jurnalistik. “Sebenarnya, Dewan Pers sejak setahun lalu berencana mendirikan sekolah jurnalistik, namun terkendala dengan dana. Tapi AJI Banda Aceh telah mendahuluinya,” kata Bekti. Dia berharap, sekolah ini bisa meningkatkan kapasitas dan profesionalisme jurnalis di Aceh. [dzie]

Rabu, November 19, 2008

Crowded


Pagi ini, saya ngeteh di kawasan Simpang Surabaya. Saya memang jarang nongkrong di warung kopi. Tapi pagi ini, entah kenapa saya pingin sekali duduk di warung sebelum ngantor.

Ternyata, lalulintas jalan raya di Banda Aceh sangat padat. Udah lama gak lihat pemandangan ini. Soalnya, setiap ngantor saya tak harus terjebak kepadatan lalulintas. Banda Aceh semakin crowded.

Sent from my phone using trutap


Selasa, November 18, 2008

Wartawan Ikut Pelatihan "Ngeblog"

Oleh HARI TEGUH PATRIA
Serambi Indonesia

Sejumlah wartawan mengikuti pelatihan blogging gratis. Kegiatan itu diselenggarakan di Laboraturium Komputer Fakultas Ekonomi (FE) Unsyiah, Darussalam, Sabtu (15/11).Pelatihan ini difasilitasi Information Technology Community (ITC) FE Unsyiah, dengan pemateri Kusnandar Z, pegiat IT di Banda Aceh.
Dalam pelatihan tersebut, para wartawan diperkenalkan membuat blog atau website pribadi. Selain itu dituntun cara mengelola blog dengan baik.
Alaidin Ikrami, wartawan lepas di Banda Aceh mengatakan, pelatihan ini membantu meningkatkan wawasan wartawan di bidang media digital. "Saya menjadi lebih mahir dalam mendesain dan mengelola blog, agar dapat menarik minat pengunjung untuk membaca tulisan yang disiarkan. Keterampilan ini membangkitkan semangat dan meningkatkan kemampuan saya dalam menulis," kata pria tambun yang akrab dipanggil Didin ini.
Ditambahkan, dirinya membuat blog pribadi karena ingin menceritakan suatu peristiwa dengan pendekatan lebih personal. Kadang, tulisan itu tidak dapat dimuat lewat media main stream. "Yah, bisa dibilang behind the scene dari suatu peristiwa lah," katanya.
Selain wartawan, ITC FE juga memberikan pelatihan gratis bagi pengurus OSIS dari 5 SMA di Banda Aceh. Kegiatan itu dilaksanakan setiap Minggu. Dengan pelatihan ini, diharapkan OSIS dapat memberikan informasi informasi berkaitan kegiatan sekolah yang dilakukan.
"Sebenarnya sudah 15 SMA di Banda Aceh yang kami undang mengikuti pelatihan ini. Namun, hanya lima SMA yang mengkonfirmasi keikutsertaannya. Perkembangan mereka akan terus dimonitor. Yang teraktif akan kami berikan nama domain dan hosting gratis selama setahun," kata Iskandarsyah Madjid Phd, Kepala Lab Komputer FE Unsyiah, didampingi Kusnadar. Menurut dia, pelatihan pelatihan seperti ini merupakan komitmen ITC FE untuk memajukan bidang TI di Aceh.

Sementara itu, pelatihan sejenis juga dilangsungkan Aceh Blogger. Komunitas ini memanfaatkan momentum Aceh Blogger Day untuk mengelar workshop blogging gratis bagi pelajar SMA. Kegiatan itu dilaksanakan di Laboratorium komputer Kandatel Telkom Aceh, Banda Aceh, Sabtu Minggu (15 16/11) lalu.
Fadli Hasan selaku ketua pelaksana mengatakan, workshop blogging
gratis se SMU Banda Aceh menggunakan tema 'Education for Tomorrow'. Para pelajar diperkenalkan blog, membuat akun blog hingga mengelola blog.(tri)

Kamera, Bulu Babi, dan Kencing [Tamat]

Beruntung, kawan yang yang kena bulu babi cepat mendapat pertolongan. Kami berempat berenang sambil foto-foto dengan kamera bawah laut. Eh, saat bergaya di depan kamera dalam air, kawan saya itu menginjak bulu babi.

"Kakeunong lon," kata kawan itu sambil memperlihatkan kakinya yang ditusuki binatang berwarna hitam itu. Ia berwujud duri. Enam tusukan membekas di dekat tumitnya.

Segera saja, dia merapat ke darat. Saya menyusul di belakangnya. Uh, betapa saya ngeri melihat dia tertusuk bulu babi. Saya jadi ngeri. Pasalnya, waktu kecil saya melihat ada orang yang terkena bulu babi dan kutuka (berbentuk daun) dan mengeluarkan banyak darah. Makanya, begitu sampai di darat, saya langsung mencari pertolongan pertama.

Nah, sebelum menceburkan diri ke laut. Saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Rozak. Dia warga Sabang. Kulitnya hitam legam. Rambutnya nyaris keriting. Intonasi bicaranya, mirip bule. Saya teringat gaya bicara orang Ambon atau Papua, mendengar gaya bicara Rozak.

Dia suka menyelam. Sejak dua bulan lalu, dia bergabung dengan Dodent, melestarikan terumbu karang di perairan Iboih dan Pulau Rubiah. Ini aktivitas barunya. Dan dia menikmati aktivitas itu.

Kata Rozak, kalau kena bulu babi, "harus dipipi..."

"Dipipi?" tanya seorang kawan.

"Iya."

"Pipis maksudnya."

"Iya." Ekspresinya datar.

Dia lalu ngobrol banyak, dengan logatnya yang kebarat-baratan. Informasi yang diberikan Rozak, sangat berguna. Makanya, ketika kawan terkena bulu babi, saya buru-buru menenggak Aqua. Tujuannya, apalagi kalau bukan agar sesak pipis.

Cihaaaaa... Di tempurung kelapa pipis ditampung. Sedikit cuma, tapi cukup lah untuk merendam kaki kawan yang terkena bulu babi. “Rendam di bagian yang kena bulu babi,” kata Bukhari. Pria ini sudah berumur. Sehari-hari, dia menyewakan alat-alat snorkling kepada turis yang ingin berenang dan menikmati bawah laut Iboih. Tepatnya di Teupin Srukuy.

“Setelah direndam, kakinya jangan kena air dulu, sekitar setengah jam,” kata Bukhari.

Setengah jam lebih, kaki kawan itu direndam di tempurung berisi kencing. Syukur, mujarab. Seketika tusukan bulu babi tak terasa lagi.

Sebenarnya, kalau saja Rozak ngasih informasi tambahan, tak perlu harus dikencingi. Cukup siram atau rendam pakai cuka saja. Lebih aman, hehe... [tamat]

Kamis, November 13, 2008

Good nite


Malam di Iboih menyenangkan. Kota Sabang terlihat ibarat kota di tengah lautan. Kilauan cahaya lampu membentuk garis indah di lautan.

Temaram cahaya bulan memantul di lautan, diombang-ambing riak. Ditambah lg bulan purnama yg hanya memantulkan sedikit cahaya sembari bersembunyi di awan hitam.

Tentu, pemandangan ini kami manfaatkan unt foto-foto. Agak narsis siy. Tp tak apa, yg penting bisa jadi kenangan indah.

Jelang tengah malam, cuaca semakin dingin. Angin malam makin kencang sehingga laut yg tadinya tenang, berubah jadi ribut. Riak menampar pasir pantai yg telah abrasi.

Saya, tak kuasa menahan kantuk. Baiklah, saya beranjak tidur dulu menyusul dua teman yg telah lebih dulu ke peraduan.

Good nite Iboih.

Sent from my phone using trutap


Kamera, Bulu Babi, dan Kencing


Ke Pantai Iboih tak lengkap kalau tidak snorkling. Sejak pagi, saya bersama empat kawan langsung ke tempat penyewaan alat snorkle.

Mulanya, Maimun yg terjun ke air tanpa peralatan. Tak puas, dia lalu menyewa alat snorkle pd Bukhari. Harganya per alat 15.000. Dia menyewa kacamata, jaket, dan sepatu diving.

Bak penyelam profesional, dia memakai peralatan dan mengapungkan diri di laut.

Kata dia, pemandangan bawah laut indah. Ada beragam ikan hias berwarna-warni. Sayang, terumbu karang rusak sudah. Tsunami 2004 menyebabkan banyak biota laut rusak.

Ucok dan saya yg tadinya hanya berdiri di pantai berpasir putih, tergiur.

Ucok lantas menyewa peralatan dan menceburkan diri ke laut. Sekitar 15 menit kemudian, ikut serta. Jadilah kami bertiga menikmati pemandangan bawah laut.

Memang, pemandangan underwater di laut Teupin Seureukuy bagus. Ada ikan warna-warni beragam ukuran, bintang laut, gurita, neemo. Yg paling banyak adalah bulu babi, warnanya hitam.

Nah, saya paling takut sama makhluk satu ini. Kalau tertusuk, bisa berabe. Sakit minta ampun.

Konon, kalau pertolongannya telat, racunnya bisa menjalar ke seluruh tubuh.

To be continued.

Sent from my phone using trutap


Good Evening Iboih


Malam di Iboih menyenangkan. Kota Sabang terlihat ibarat kota di tengah lautan. Kilauan cahaya lampu membentuk garis indah di lautan.

Temaram cahaya bulan memantul di lautan, diombang-ambing riak. Ditambah lg bulan purnama yg hanya memantulkan sedikit cahaya sembari bersembunyi di awan hitam.

Tentu, pemandangan ini kami manfaatkan unt foto-foto. Agak narsis siy. Tp tak apa, yg penting bisa jadi kenangan indah.

Jelang tengah malam, cuaca semakin dingin. Angin malam makin kencang sehingga laut yg tadinya tenang, berubah jadi ribut. Riak menampar pasir pantai yg telah abrasi.

Saya, tak kuasa menahan kantuk. Baiklah, saya beranjak tidur dulu menyusul dua teman yg telah lebih dulu ke peraduan.

Good nite Iboih.

Sent from my phone using trutap


Rabu, November 12, 2008

Mengenang Seratur Hari Sang Sahabat


Malam ini, tepat 100 hari kepergian sahabat kami, Ridwan H. Mukhtar. Kawan2 di Partai Rakyat Aceh, kolega RHM, bikin acara khusus 100 hari, di Episentrum Ule Kareng. Saya berencana hadir, tp sayang, saya harus liputan ke Sabang.

Risman A. Rahman, kolega RHM, mengirimi puisi mengenang almarhum. Berikut puisinya.

"Kala mata tertuju langit, aku ingat akan senyum manismu. Kala tangan menyentuh bumi aku ingat akan kata bijakmu. Kala kaki ku gerak kan kau sapa aku dengan candamu. Disini, kala seratus hari kepergian mu, aku merinduimu teman. Tidur lah dengan nyenyak krn kala kau terjaga pasti kita kan bersua, dihamparan padang tuhan. (puisi unt sahabat ridwan) risman"

Selamat jalan sahabat.

Sabang, Rabu malam, 12 Nov.

Sent from my phone using trutap


Nite in Iboih, Sabang


Malam baru saja mengepung saat kami tiba di Pantai Iboih, Sabang. Gelap menguasai kawasan wisata itu, ditambah lagi listrik tak menyala. Jadilah kita gelap-gelapan.

Perjalanan dari Kota Sabang ke Iboih memakan waktu sejam dg bis L300. Jalanan lumayan payah. Dari kota, agak bagus. Aspal mulus. Beberapa alat berat masih ada di pinggir jalan.

Sekitar 4 km dari kota, jalan beraspal mulai hilang. Kini, hanya jalan berlubang menyambut kami. Uh, benar-benar tidak nyaman. Mana jalan penuh tanjakan. Benar-benar melelahkan.

Tapi, keletihan itu benar2 ilang setelah disuguhi pemandangan yg indah. Amazing!

Malam di Iboih, kami bermalam di bungalow. Kak Lina, pemilik bungalow, menyiapkan tempat istirahat yg lumayan luas. Cukup unt kami berempat.

Tempatnya asyik. Ada teras di dpn kamar yg mengarah ke laut. Lampu terang bak kunang-kunang malam. Itu adalah lampu yg menerangi Kota Sabang. Eksotis.

Laut malam ini begitu tenang. Riak kecil menyapu pantai, mengeluarkan suara khas. Cahaya bulan memendar-mendar melukis cahaya di atas laut Iboih.

Malam di Iboih benar-benar mengasyikkan. Saya masih harus menunggu keindahan lain yg disajikan Iboih saat matahari mengusir malam.

Sent from my phone using trutap


ACEHKINI Goes to Sabang


Sore ini, serombongan wartawan ACEHKINI bertolak ke Sabang. Pagi tadi, sempat ketinggalan kapal cepat dan lambat.

Ke Sabang, selain liburan, juga ada agenda unt liputan sejumlah objek unt edisi Desember.

Well, saya udah lama sekali tdk menginjakkan kaki di pulau terluar Indonesia itu.

Sent from my phone using trutap


Selasa, November 11, 2008

Monumen Tsunami di Desa Lambung


Tsunami 2004 lalu menyebabkan 1.230 warga Desa Lambung, Kec. Meuraxa, Banda Aceh meninggal dunia.

Hari ini, secara nasional pemerintah membunyikan alarm tsunami pd pkl 12 nanti.

Sent from my phone using trutap


My W910i is back


Tengkiyu Sony Ericsson. Ponsel saya tipe Walkman 910i yg sering saya jadikan modem koneksi HSDPA dan teman mendengar musik saat bersepeda di akhir pekan, telah kembali.

Sejak empat bulan lalu, tepatnya usai bersepeda menelusuri rute Blang Padang - Lampeuneurut - Pegunungan Mata Ie - Lhoknga - Lueng Bata, ponsel saya rusak.

My black shake, nama ponsel itu, tiba-tiba padam. Sebelumnya, ia panas bukan main di bagian batre dan mesin. Jadilah saya tdk bisa mengeksplorasi dunia maya in my fingertips lagi.

Padahal, perangkat ini sangat penting bagi saya. Selain menerima dan berkirim email, saya juga menjadikan W910i sebagai perangkat kerja unt mengunggah berita ke acehkita.com. Tentu, selain chatting dg teman2.

Kini, W910i telah kembali, mendukung akses mobile saya.

Oya, ponsel saya yg rusak mesin dan ada lecet2 di frame dan casing, kini telah baru. Sony Ericsson Indonesia menggantinya dg ponsel baru. Thank Sony Ericsson.

Sent from my phone using trutap


Selasa, November 04, 2008

Finally...


Finally, majalah ACEHKINI terbit tepat waktu. Nantikan kehadiran edisi November pada Jumat nanti. Mengupas tuntas kepulangan Hasan M. di Tiro, bulan lalu.

Sent from my phone using trutap


Illegal Logging


Selama sepekan berada di kampung, Keumala, saya jadi sering disuguhi pemandangan para penebang liar menurunkan kayu. Miris!

Satu hari, saya melihat ada enam kali becak membawa kayu liar. Umumnya telah diolah jadi papan dan balok. Mereka membawa hasil penebangan liar secara terang2an. Warga juga cuek. Penebangan liar itu terjadi di pegunungan Tangse dan Keumala Dalam.

Membawa hasil tebangan liar melalu jalan kampung saya, memang aman. Tak ada polisi. Kalau via jalan hitam, pasti berurusan sama polisi.

Sent from my phone using trutap


Senin, November 03, 2008

Its Done!


Alhamdulillah, doa tujuh hari unt almarhum Abi terlaksana sudah. Terimakasih atas solidaritas, doa, dan bantuan yg telah kawan2 curahkan, terutama kawan2 jurnalis, BRR staf, dan kawan2 lain yg tak mungkin disebut satu demi satu. Tengkiyu sahabat.

Bantuan, doa, dan solidaritas jg diberikan oleh seluruh warga Desa Cot Nuran, Keumala, yg sejak jenazah tiba dari rumah sakit telah memperhatikan kami. Hari2 selama kami berkabung, mereka bahu membahu membantu keluarga kami. Para pelayat jg telah menghibur, sehingga kami tak larut dalam duka.

Ya Allah, kami tak sanggup membalas jasa mereka. Mohon catat jasa, solidaritas, doa, dan bantuan mereka sebagai amal baik mereka. Permudah segala urusan saudara kami itu ya Rabb.

Jabat erat,
Kami yg berduka,
Keluarga Besar Nyak Gade Manaf

Sent from my phone using trutap


Lam Kutang


Frasa ini tak ada kaitan dengan pakaian dalam wanita. Ia hanya akronim dari calon distrik baru di Aceh, yaitu Lamlo, Keumala, Tangse, Geumpang.

Lam Kutang, its begin from Tanjong Bungong to Gunong Aneuk Manyak. Tanjong Bungong sebuah dusun di Desa Mali Cot Lamlo. Ia merupakan tanah kelahiran Hasan Muhammad di Tiro, pendiri Aceh Merdeka, yg di akhir 70-an memperkenalkan kembali nasionalisme Aceh.

Sementara Gunong Aneuk Manyak adalah sebuah pegunungan di Geumpang, yg berbatasan langsung dengan Aceh Barat. Itu merupakan kawasan kaya hutan.

Ide pemisahan Lam Kutang dg Pidie terus mencuat. Ide ini kan terus diperjuangkan.

Sent from my phone using trutap


Minggu, November 02, 2008

Thank for INDOSAT


Sinyal Kuat INDOSAT memang dapat diandalkan. Selalu membuat saya terhubung dengan Internet, dengan harga super MURAH. Thank Sinyal Kuat INDOSAT.

Sent from my phone using trutap


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting