Senin, Oktober 17, 2016

Belajar Toleransi pada Konstitusi Madinah

AMARAH massa membakar Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil, 13 Oktober lalu. Selesai membakar gereja yang tidak mengantongi izin itu, ratusan massa bergerak menuju Desa Dangguran di Kecamatan Simpang Kanan, yang tak jauh dari sana.

Sasarannya, Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi. Kabar pembakaran gereja di Suka Makmur beredar cepat ke seluruh Singkil. Jemaat Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi bersiap diri. Dibantu polisi, massa menjaga gereja dari amukan massa.

Jemaat GKPPD sudah mempersiapkan diri menghadapi massa yang akan mengusik ketenangan gereja itu. Benar saja, massa dihadang dengan pelbagai senjata tajam dan senjata api. Begitu mendekati gereja, massa segera dihujani tembakan dan lemparan batu. Seorang penyerang meregang nyawa setelah tertembak peluru senjata pemburu babi. Sedangkan empat lainnya mengalami luka-luka.

Pembakaran gereja dan bentrokan antarpemeluk agama mengusik rasa toleransi yang telah puluhan tahun terbina di Aceh Singkil. Memang, riak-riak gesekan antara pemeluk agama Islam dan Kristen di sana sudah terjadi sejak 1979 lalu. Hanya saja, selalu bisa diredam dengan kesepakatan para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.

Gesekan itu terjadi akibat banyaknya bertumbuhan gereja-gereja baru di kawasan yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara itu. Nah, warga Aceh Singkil yang beragama Islam meminta agar pemeluk Kristen tak sembarangan membangun rumah ibadah tanpa seizin otoritas Singkil.

Kasus Singkil belakangan menjadi perhatian nasional dan dunia internasional. Media asing ramai-ramai memberitakan peristiwa langka di Aceh itu.

Presiden Joko Widodo memerintahkan agar kasus Singkil diselesaikan secara tuntas. "Hentikan kekerasan di Aceh Singkil. Kekerasan berlatar apa pun, apalagi agama dan keyakinan, merusak kebhinnekaan," tulis Presiden dalam akun Twitter, sehari setelah pembakaran gereja.

Banyak yang menilai kasus Singkil menjadi alarm merah bagi toleransi umat beragama di Aceh. Anggapan itu meluas di kalangan masyarakat luar, sehingga beranggapan bahwa Aceh yang menerapkan syariat Islam merupakan provinsi intoleran di Indonesia.

Anggapan itu keliru. Singkil terjadi akibat sikap pemerintah yang tidak tegas terhadap penegakan aturan, terutama soal pendirian rumah ibadah. Andai pemerintah lokal proaktif, kekerasan berlatar agama itu tak bakal terjadi.

Kepala Dinas Syariat Islam Prof Syahrizal Abbas menilai kasus Singkil bukan bagian dari konflik agama. "Tapi terjadi karena inkonsistensii dalam penegakan aturan perundang-undangan," katanya seperti dilansir acehkita.com.

Hubungan antarmasyarakat berbeda agama di Aceh Singkil selama ini berjalan baik. "Kami di sini hidup berdampingan dengan orang kita Islam," kata Rianto Marbun, pemeluk Kristen berusia 35 tahun. Rumahnya terletak persis di seberang bangunan Gereja HKI yang dibakar massa di Desa Suka Makmur.

Menurut Rianto, kehidupan antarumat bergaama di Desa Suka Makmur tidak mengalami masalah apa-apa. Sejak dulu, Islam dan Kristen hidup berdampingan, tidak pernah terjadi sindir menyindir apalagi saling baku hantam. Dengan jumlah penduduk 60 persen menganut agama Nasrani, mereka hidup akur. Mereka menganut betul firman Ilahi dalam Quran: Bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Aceh menjadi satu-satunya daerah yang memberlakukan syariat Islam di Indonesia, sejak 2000 lalu. Meski menerapkan hukum Islam, non-muslim bisa hidup dan menjalankan ajaran agamanya. Syahrizal menyebutkan, pemberlakuan syariat Islam di Aceh tetap memberikan ruang bagi non-muslim.

Hal ini seperti yang dilakukan pada masa Rasulullah dalam mendirikan Kota Madinah. Pada masa itu, sebut Syahrizal, Nabi Muhammad memberikan kebebasan bagi non-muslim untuk menjalankan ajaran agamanya.

“Mereka tidak diganggu. Silakan Anda berbeda agama dengan kami. Itu bentuk toleransi yang luar biasa,” tandas guru besar hukum Islam pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry itu.

Lantas, seperti apa Piagam Madinah atau yang juga dikenal dengan Konstitusi Madinah itu?

Piagam Madinah terdiri atas 47 pasal, yang di sana mengatur segala seluk-beluk kehidupan bermasyarakat dan bernegara --termasuk menjamin kebebasan dalam menjalankan agama masing-masing.

Lihat saja bagaimana Rasulullah membina kerukunan umat beragama yang hidup di Kota Madinah, seperti termaktub dalam Pasal 16. "Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya."

Toleransi tinggi juga termuat dalam Pasal 25 yang berbunyi "Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga".

Baik Islam maupun non-Islam, Rasulullah membebankan kepada mereka pajak dan bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang menyerang Madinah. Piagam juga mengatur soal umat Islam dan non-muslim untuk sama-sama terjun ke medan perang jika menghadapi musuh yang akan mengusik Kota Madinah.

Nabi juga melindungi umat Yahudi dan Nasrani yang mendukung Piagam Madinah.

Itulah nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan agama yang diajarkan Nabi Muhammad dalam membangun Kota Madinah. []


FAKHRURRADZIE, tulisan ini dimuat di Majalah Santunan, Kanwil Depag Aceh.

Jumat, November 09, 2012

Kebanggaan dari Pucuk Bakau

Oleh FAKHRURRADZIE GADE

PERTENGAHAN 2007 lalu, telepon genggam milik Azhar Idris tiba-tiba berdering. Di layar muncul nama Zubeidah Nasution. Staf komunikasi World Wide Fund (WWF) Aceh Programe itu membawa kabar gembira: Azhar terpilih sebagai pembawa obor Olimpiade 2008. Kabar ini membuat Azhar kebingungan. “Saya sama sekali tidak percaya,” kata Azhar saat dijumpai akhir Maret lalu. “Saya bilang ke orang WWF, tidak mungkin petani dan tak berpendidikan seperti saya membawa obor Olimpiade.”

Azhar memang tidak sedang bermimpi. Pada 22 April lalu Azhar menjadi bagian dari 80 pembawa Obor Olimpiade di Jakarta. Lelaki asal Desa Lam Ujong, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, ini terpilih sebagai pembawa Obor Olimpiade Beijing karena kegigihannya melestarikan lingkungan di sekitar. Azhar Idris dipilih oleh WWF dan perusahaan minuman ringan Coca Cola Company, bersama Emil Salim (mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup), Nirina Zubir (duta WWF), Valerina Daniel (duta lingkungan), Tri Mumpuni (aktivis lingkungan), dan Nugie (artis).

Membawa Obor Olimpiade merupakan sebuah kebanggaan dan pengalaman berharga bagi pria berkulit legam ini. Apalagi, Obor Olimpiade baru tahun ini melintasi Indonesia. “Saya bangga sekali. Mungkin juga seluruh Aceh bangga. Ada putra Aceh yang bisa membawa obor Olimpiade setelah terkena musibah tsunami,” kata Azhar sambil memperlihatkan obor yang dibawanya di Gelora Bung Karno, Jakarta, 22 April silam.

Obor Olimpiade baru tahun ini pertama sekali singgah di Indonesia. Sebanyak 80 putra-putri Indonesia berkesempatan membawa obor mengelilingi Stadion Gelora Bung Karno Jakarta secara estafet. Azhar kebagian membawa sekitar 80 meter sebelum akhirnya menyerahkan api Olimpiade kepada peserta lain.

“Ini adalah kebanggan bagi masyarakat Aceh, karena saya bisa mengangkat harkat dan martabat Aceh di pentas nasional,” kata suami Nurbayani (34) ini.

Terpilihnya Azhar menjadi pembawa Obor Olimpiade bukan tanpa alasan. Saat seleksi, WWF mengajukan dua nama warga Aceh untuk dinominasikan sebagai pembawa obor Olimpiade. Menurut Zubeidah Nasution, staf komunikasi WWF, pihaknya mengajukan dua nominasi yaitu Azhar Idris dan seorang petani yang menaman pinus di atas lahan kritis seluas 30 hektar di Aceh Tengah.

“Pihak Coca Cola senang dengan Pak Azhar. Apalagi pascatsunami, susah mengampanyekan penghijauan kembali pesisir pantai yang rusak,” kata Zubaedah yang akrab disapa Ade ini.

Azhar memang pantas mewakili Aceh membawa api Olimpiade itu. Kegigihannya dalam merehabilitasi perkampungan yang hancur diamuk tsunami patut diacungi jempol. Azhar memilih menanam bakau untuk membangun kembali desa yang hancur dihumbalang gelombang gergasi. Saat korban tsunami lain sibuk mencari harta benda yang tersisa dari amukan tsunami, Azhar malah mencari biji bakau. Di antara puing-puing tsunami Azhar menyisir perkampungan, sembari berharap menemukan biji bakau.

Beruntung. Biji bakau itu disemai dan tumbuh besar. Azhar riang bukan kepalang. Bibit-bibit bakau itu kemudian ditanam di areal pertambakan yang mengelilingi desa. Mula-mula, hanya beberapa bakau saja yang ditanam Azhar. Namun secara perlahan, tanaman bakaunya tumbuh pesat di areal tambak warga seluas 35 hektar. Bakau yang ditanam Azhar pascatsunami sudah tumbuh besar. Ada yang sudah tingginya mencapai 2-3 meter. Ada juga yang usianya terhitung bulan, yang tingginya baru sekitar 20 sentimeter. Jika bertandang ke Desa Beuramoe melalui Lam Ujong, Anda akan disuguhi pemandangan ribuan bakau yang tertanam rapi di tengah-tengah tambak.

Tiga bulan pascatsunami, Azhar memutuskan untuk kembali ke kampung dari pengungsian di Desa Buengcala, Blang Bintang, Aceh Besar. Di perkampungan yang masih menyisakan kehancuran, Azhar memulai kehidupan baru. Hari-harinya diisi dengan mencari biji bakau dan melakukan pembibitan. Perlahan dia mengajak tetangganya untuk menanam tanaman yang bisa dijadikan benteng desa dari gempuran angin barat itu. Sayang, tak banyak yang tertarik dengan ajakan Azhar. Maklum, saat itu korban tsunami lebih tertarik dengan program cash for work yang didanai Mercy Corps untuk membersihkan desa dari puing tsunami.

“Kesempatan (kembali ke kampung) ini tidak saya sia-siakan. Saya langsung mencari biki bakau untuk disemai. Namun saya tidak punya uang,” ujarnya.

Ketiadaan dana tidak menyurutkan niatnya untuk membentengi kampung dengan tanaman mangrove itu. “Kesulitan dana saya utarakan kepada teman. Dia bersedia membantu bikin polibeg untuk penyemaian,” lanjutnya. Usaha Azhar tidak sia-sia. Dalam waktu dekat dia mampu menyemai hingga 30 ribu biji bakau.

Di tengah kesulitan modal itu, Azhar bertemu dengan Eko Budi Priyanto. Pekerja di Wet Lands International itu sedang mencari orang untuk diajak menanam bakau. Gayung bersambut, Azhar mengamini ajakan Wet Lands. Menurut Azhar, Eko sempat mengira dirinya mengalami guncangan jiwa pascabencana yang menghancurkan rumahnya.

Setelah deal dengan Wet Lands, Azhar mencari temannya yang mau diajak menanam bakau. Mereka lalu membentuk kelompok tani bakau. Syarat yang diberikan Wet Lands saat mengucurkan modal usaha terbilang ketat. Menurut Azhar, Wet Lands akan menarik kembali modal jika bakau yang mereka tanam mati. “Kalau bakaunya tumbuh, kami tidak harus mengembalikan modal,” kata dia. “Alhamdulillah, sekarang bakau saya sudah hidup sekitar 80 persen.”

Selain ditanam di areal pertambakan warga di Desa Lam Ujong, Azhar dan kelompoknya menjual bibit bakau ke sejumlah daerah, seperti Lhokseumawe, Meulaboh, Aceh Jaya, dan Aceh Timur. “Satu pohon harganya Rp 1.000. Harga itu sudah termasuk ongkos pengiriman,” kata dia.

Bagi Azhar bakau bukan dunia baru. Jauh sebelum tsunami, Azhar sudah berkutat dengan dunia bakau. Saban hari dia menyemai bakau, yang kemudian ditanam di pinggiran tambak. Keinginan Azhar menanam bakau dikarenakan desanya berdekatan dengan laut, selain dikelilingi sungai. Layaknya desa berdekatan dengan laut, angin di musim barat cukup membuat repot. “Pohon bakau ini bisa menghambat angin barat,” kata pria kelahiran 1 Juli, 43 tahun silam itu.

Tak hanya itu, bakau punya banyak kegunaan. Batang bisa digunakan sebagai material bangunan, ranting bisa jadi kayu bakar. Sementara daun yang berguguran bisa menjadi pupuk dan menjadi makanan ikan di tambak. Masih ada lagi. Akar yang kokoh tertancap di tanah bisa menghambat abrasi. “Pohon ini banyak manfaatnya,” sebutnya.

Pengalaman mengelola bakau pascatsunami membuat Azhar semakin matang. Azhar tak hanya dikenal sebagai petani bakau di Lam Ujong, tapi dia sudah malang-melintang di dunia bakau. Dia kerap menerima undangan untuk berbagi pengalaman menanam bakau. Awal Mei lalu saat ACEHKINI bertandang ke rumahnya, Azhar baru saja kembali dari Kembang Tanjung Pidie. “Saya disuruh membagi pengalaman bagi petani bakau di sana,” ujarnya ramah. “Tapi jangan suruh saya jadi pemateri, karena saya tidak bisa menyampaikan apa-apa. Saya hanya bisa di lapangan.”

Kini bakau sudah menjadi teman kesehariannya. Dan dari ujung bakau pula, Azhar mendunia: menjadi pembawa Obor Olimpiade. “Saya tidak pernah bermimpi bisa membawa obor ini, apalagi saya petani yang tidak berpendidikan,” katanya merendah. [a]

Selasa, Oktober 30, 2012

Sejarah Penamaan Badai Sandy


BADAI Sandy menghantam sejumlah kota di Amerika Serikat. Badai ini menyebabkan 6,5 juta jiwa warga di Washington D.C. dan 13 negara bagian lainnya hidup dalam kegelapan. Banjir menyelimuti negara-negara bagian tersebut.


Banjir air laut di lokasi pembangunan Ground Zero, New York, Amerika Serikat, Senin (29/10). | FOTO: JOHN MINCHILLO/AP

Amerika Serikat menjadi negara langganan dihantam badai. Pada 2005 lalu, wilayah Florida, Mississipi, dan Alabama dihantam badai Katrina.

Badai-badai yang terjadi di AS mudah diingat, sebab dinamakan dengan nama yang enak didengar dan bagus. Lihat saja nama Katrina, Isaac, dan Sandy.

Bagaimana badai tersebut dinamai? Sejarah penamaan badai dimulai ketika masyarakat yang tinggal di Pantai Karibia dihantam badai. Situs geology.com menulis, saat dihantam badai masyarakat Karibia menamakan badai tersebut dengan nama-nama santa, seperti "Badai San Felipe".

Bahkan, ketika dua badai yang menghantam Karibia di tanggal yang sama tapi tahun yang berbeda, masyarakat di sana akan menamakan badai itu, mereka akan menamakan dengan "Badai San Felipe I" dan "Badai San Felipe II".

Badan Meteorologi Amerika Serikat kemudian juga memberi nama untuk badai yang menghantam negara tersebut. Penamaan didasarkan pada garis lintang dan garis bujur sumber terjadinya badai. Namun pola penamaan ini susah untuk diingat dan dikomunikasikan, sehingga sering terjadi kekeliruan.

Selama perang dunia kedua, ahli cuaca militer yang bekerja di Pasifik memulai penamaan badai dengan nama perempuan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan.

Pada 1953, pola penamaan ala ahli cuaca militer ini diadopsi oleh National Hurricane Center untuk menamakan badai yang bersumber di Samudera Atlantik. Sejak saat itu, penamaan badai pola ini menjadi lebih mudah dan mampu meningkatkan kepedulian publik terhadap ancaman badai.

Di tahun 1978, para ahli cuaca yang memantau badai di Timur Laut Pasifik mulai memberi nama badai dengan nama lelaki. Pada 1979, ahli cuaca menamakan badai di Samudera Atlantik dengan nama orang laki-laki.

Saban tahun ada 21 nama yang dipersiapkan untuk badai, yang dimulai dengan alfabet yang berurutan. Namun alfabet Q, U, X, Y, dan Z tidak digunakan.

Badai yang terjadi pada awal tahun diberi nama dengan huruf awalnya "A" dan yang kedua "B", begitu seterusnya.

World Meteorological Organization telah mempersiapkan enam daftar nama badai yang terjadi di Atlantik pada 2012-2018. Enam daftar ini berlaku lagi untuk enam tahun mendatang.

Badai Sandy yang terjadi di penghujung Oktober 2012 ini merupakan badai ke 18 yang terjadi akibat siklon tropis di Atlantik. Sebelumnya, badai yang telah terjadi di antaranya Alberto, Beryl, Debby, Ernesto, Oscar, Nadine, dan Rafael.

Tahun depan, World Meteorological Organization telah mempersiapkan nama Andrea, Barry, Chantal, Erin, Ingrid, Lorenzo, Melissa, Olga, Pablo, Rebekah, Wendy (serta beberapa lainnya) untuk badai yang diperkirakan akan terjadi di laut Atlantik.

"Badai tropis" yang diberi nama adalah yang kecepatan anginnya mencapai 39 mil per jam, misal "Tropical Storm Fran". Jika badai dengan kecepatan angin 74 mil per jam yang disebut dengan hurikan, maka namanya adalah "Hurricane Fran". [Fakhrurradzie Gade/geology.com]

Android 4,2, Si Jelly Bean yang Makin Manis


BADAI Sandy yang tengah melanda New York tak menyurutkan niat Google untuk meluncurkan sistem operasi Android terbaru. Bertempat di New York, pada Senin (29/10) Google memperkenalkan Android versi 4,2 yang masih dinamakan dengan Jelly Bean.

Pengenalan Android baru ini berbarengan dengan peluncuran smartphone Nexus 4 dan tablet Nexus 10. Kedua produk baru ini akan menggunakan sistem operasi Android 4,2. Nexus 4 merupakan telepon pintar kerjasama Google dengan vendor asal Korea Selatan, LG. Sedangkan Nexus 10 yang diproduksi Google bareng Samsung, merupakan suksesor Nexus 7 bikinan Asus.

Google mengklaim Android Jelly Bean 4,2 tampil lebih cepat, cantik, dan mudah. Sejumlah fitur baru telah dibenamkan untuk membuat Jelly Bean 4,2 bersaing dengan sistem operasi saingan mereka, semisal iOS 6 Apple dan Windows Mobile 8 Microsoft.

Di Android 4,2, Google menambah fitur Photo Sphere, yang memungkinkan kamera menjepret foto 360 derajat. "Jepret atas, bawah, dan sekeliling Anda," tulis Google di situs android.com.

Lihat video demo Photo Sphere di bawah ini yang dibuat oleh Director of Product Management Android Hugo Bara menggunakan Nexus 4.



Hasil jepretan Photo Sphere bisa diunggah langsung ke Google+ atau dishare dengan mudah ke surel, Twitter, Facebook, atau situs jejaring sosial lainnya. Nah, dengan Photo Sphere pula, Anda bisa membuat foto 360 derajat layaknya Street View di Google Maps.

Keyboard di Android 4,2 ini juga dibekali dengan "Gesture Typing" yang --menurut Google-- akan memudahkan dalam penulisan pesan. "Cukup gerakkan jari ke huruf yang ingin diketik dan angkat setelah setiap kata."

Sisi lain yang menarik adalah fitur multiple user. Jadi, kini Anda tidak perlu khawatir lagi berbagi penggunaan tablet dengan orang lain. Sebab, mereka bisa login dengan user tersendiri.

Setiap pengguna tablet, melalui fitur ini, mempunyai homescreen, widget, background, aplikasi, dan game tersendiri. Anda bisa memberikan setiap orang ruang mereka sendiri. Kemampuan multitasking juga semakin membaik melalui Android 4,2 ini.

Sebenarnya, fitur ini telah diperkenalkan Sony di Xperia Tablet S yang berjalan di Android 4,0 Ice Cream Sandwich.

Google menjanjikan Android 4,2 berjalan lebih cepat dan lembut dibandingkan dengan versi sebelumnya. Kemampuan grafis yang lebih bagus dan perpindahan antaraplikasi yang sangat cepat.

Lihat video demo berikut ini.



Android 4,2 Jelly Bean yang makin apik ini akan bisa dinikmati seiring dengan dijualkan Nexus 10 di pasar Amerika Serikat pada 13 November mendatang. []

Kamis, Agustus 30, 2012

Foto-foto Sony Xperia Tablet S

SONY secara resmi meluncurkan produk terbarunya pada Rabu, 29 Agustus 2012, di ajang IFA Berlin, Jerman. Sejumlah produk yang diperkenalkan adalah telepon pintar dengan brand Xperia T, Xperia V, dan Xperia J. Namun yang paling mencuri perhatian adalah anggota baru di keluarga Xperia, yaitu Xperia Tablet S. Ini merupakan tablet pertama Sony yang memakai brand Xperia. Sebelumnya, tahun lalu, Sony melempar dua varian tablet ke pasar, yaitu Sony Tablet S dan Sony Tablet P.

Xperia Tablet S merupakan suksesor Sony Tablet S. Jika sebelumnya diotaki oleh prosesor Nvidia Tegra 2 (dual-core/berotak ganda), Xperia Tablet S menggunakan Nvidia Tegra 3 Quad-core sebagai dapur pacunya. Sony mengklaim, dengan prosesor Tegra 3, Xperia Tablet mampu beroperasi lebih smooth dan lebih cepat.

Desain yang dipilih Sony terbilang ciamik. Bagian belakang-atas sabak ini lebih tebal dibandingkan dengan bagian bawah. Bayangkan seperti Anda menggulung lembaran majalah. Fungsinya, ketika meletakkan di atas meja, Anda tak perlu mencari pengganjal lain agar mata nyaman mengakses tablet ini. Fungsi lain, akan memudahkan ketika pengguna memegangnya.

Sony tampaknya tak main-main di lini smartphone dan tablet. Untuk tablet ini saja, Sony membekalinya dengan layar teknologi Bravia, yang selama ini telah digunakan di produk televisi, berukuran 9,4 inci (1.280 x 800). Dengan teknologi Bravia, layar lebih jernih dan nyaman dipandang mata. Di jajaran telepon pintar, Sony telah menggunakan teknologi ini di sejumlah produk, seperti Xperia S, Xperia P, Xperia Arc S, Xperia U, Xperia sola, dan Xperia go.

Teknologi Bravia ini membuat foto dan video yang diambil dengan kamera 8.0 Megapixel yang dibenamkan di tablet, makin ciamik saja. Tablet ini cocok bagi Anda yang suka bekerja di luar (outdoor) atau menjadi teman ketika Anda memasak di dapur. Sebab, layarnya tahan percikan air (splash).

Memindahkan foto dari kartu memori di kamera ke tablet, kini bukan lagi persoalan. Xperia Tablet menyediakan slot SD card agar memudahkan pemindahan file ke dalam tablet. Jadi, tak perlu lagi sibuk mencari konektor atau konverter.

Tak perlu khawatir file yang ada di tablet diakses oleh anak kecil atau orang lain, sehingga mengganggu privasi. Selain fasilitas akun utama (superadmin), tablet ini memungkinkan kita menambah akun tamu (guest account), sehingga orang lain yang meminjam tablet Anda bisa mengakses tablet melalui akun tersebut.

Teknologi suara? Jangan takut, Sony menghadirkan teknologi andalannya di Walkman. Di Xperia S produksi 2012, Sony membenamkan xLoud, yang mampu membuat suara/audio lebih keras, tapi tetap nyaman di telinga.

Android 4.0 atau Ice Cream Sandwich akan menjadi sistem operasi Xperia Tablet S. Sony berjanji akan meningkatkan sistem operasi ke Jelly Bean (Android 4.1). Sony mengklaim, sabak mereka yang baru ini bisa berjalan secara multitasking. Jadi, ketika asik menonton film kesayangan, Anda masih bisa mengakses surat elektornik atau menghitung uang melalui kalkulator. Teknologi ini dinamakan Small App.

Xperia Tablet S, meski baru diperkenalkan pada Rabu, 29 Agustus 2012, bisa diperoleh di pasar Amerika Serikat pada 9 September 2012. Belum ada kabar kapan tablet ini akan menggebrak pasar Indonesia. Soal harga, tergantung kapastitas ruang penyimpanan dan model koneksi. Tablet ini mulai dijual dengan harga USD400 atau sekira Rp3,8 juta, dengan kurs 9.500 per dollar.

Tertarik? Untuk memudahkan Anda dalam menilai produk baru Sony ini, kami mengunggah beberapa foto dan video di bawah ini.











 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting