Minggu, Juli 25, 2004

Nilai Kemanusiaan yang Tercabik

Sabtu (24/07/04). Pagi sekitar pukul 09.00 Wib. Beberapa aparat polisi dari Polsek Sibreh Aceh Besar, pasukan brimob Polda Aceh dan aparat TNI dari Kodim 0101 Aceh Besar. Mereka yang dibantu beberapa relawan Satgana PMI Aceh Besar, pergi ke gunung yang tak jauh dari Sibreh. Di kaki bukit Lhok Ndoe, Desa Nya, Simpang Tiga Aceh Besar, mereka berhenti.
Beberapa mereka langsung menuju tempat yang telah menjadi sasaran. Bukan untuk menyergap pasukan GAM yang bersembunyi di pebukitan. Melainkan, mereka ingin membongkar liang kubur. Belakangan di liang itu diketahui, dua mayat bersarang: Bastian (31) dan Hasrifuddin (29). Warga Lambheu Aceh Besar, menjadi "penghuni" liang kubur itu. Kedua penduduk yang berprofesi sebagai pedagang keliling itu, sejak April 2004 dinyatakan oleh keluarganya menghilang.
Belakangan juga diketahui kalau kedua orang ini diduga diambil anggota GAM Aceh Besar. Dua mayat ini, kondisinya tinggal kerangka. Batok kepala, pecah. Butir selongsong peluru AK-47, ditemukan dalam liang. Diduga, dengan butiran peluru itu, mereka dihabisi.
Sungguh, Sabtu siang itu, masyarakat Sibreh baru tahu, kemanusiaan telah tercabik!
Padalah, pagi hari, saya bertemu dengan kawan lama saya semasa kuliah di sebuah warung kopi. Saya bertanya: "Di mana kuburan massa di Sibreh?". Dia memang pemuda Sibreh. Tak jauh dari Simpang Tiga itu.
"Setahu saya, tidak ada kuburan massal. Kemarin saya bertemu dengan Pak Kapolsek, beliau tidak bilang apa-apa," katanya.
Saya pun mencoba memberikan dia bukti. Sebuah Short Message Service (SMS) yang nongol di HP saya.
"Wah, sudah kehapus," kata saya kemudian.
Dia pun pulang. Sembari mengajak saya ikut ke Sibreh bersamanya. Saya menolak dengan halus. Dia kawan baik saya. Aktif sejak semasa mahasiswa.
Kawan saya itu, mungkin bisa mewakili beberapa lainnya, yang tidak terlalu mengetahui tentang adanya kuburan massal itu. Mereka tidak salah. Informasi yang tertutup, selama ini.
Saya memutuskan untuk mengontak kawan-kawan lain memastikan adanya kuburan massal itu.
Siang Sabtu itu, menjadi pembukti, bahwa kemanusiaan telah tercabik-cabik (lagi). Dulu sih sangat sering kemanusiaan tercabik di Aceh.
Entahlah, sampai kapan kemanusiaan akan terus dilecehkan. Semoga ini tidak berlangsung lama.

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting