Kamis, Desember 15, 2005

Testi buat Tim AirPutih

Sebagaimana namanya, AirPutih seakan menjadi oase di tengah “kegelapan” informasi saat koneksi Internet di Aceh terputus akibat humbalang tsunami akhir Desember tahun lalu. Ini bukan untuk memuji, tapi memang itulah kenyataan yang saya rasakan.

Sebagai pekerja di media online (www.acehkita.com), saya harus tersambungkan dengan koneksi Internet selama 24 jam. Sebenarnya, itu tidak menjadi masalah, karena kantor saya memang tersambungkan dengan koneksi wireless. Namun, kendala justru mencul di lapangan: di mana hampir 40-an kontributor kami bekerja di Aceh.

Praktis, setelah dihumbalang tsunami, Banda Aceh, Calang, Meulaboh, dan Pidie, menjadi daerah yang terisolasi. Tidak ada yang bisa berkomunikasi ke sana. Kontributor acehkita.com pun akhirnya tidak bisa berkirim kabar berita tentang kejadian mahadahsyat di Aceh, karena memang koneksi Internet putus total, setelah kota rusak.

Baru hari ketiga, jalur komunikasi telepon di Banda Aceh mulai berdenyut. Melalui telepon, segala perkembangan dilaporkan kontributor ke Jakarta. Alhamdulillah, dalam beberapa hari setelah itu, koneksi Internet mulai tersambungkan. Semua kontributor acehkita.com sudah bisa mengirimkan foto dan berita melalui Internet.

Nah, keberadaan AirPutih, semakin dirasakan saat kami mengutus seorang wartawan ke Calang, Aceh Jaya. Melalui koneksi Internet yang disediakan AirPutih pula, reporter kami di sana bisa melaporkan berbagai perkembangan setelah tsunami.

Di Banda Aceh, kontributor kami juga menggunakan fasilitas yang disediakan AirPutih. Apalagi, kemudian antara acehkita.com dan Aceh Media Center, terjalin semacam kerjasama informal.

Selama pindah ke Banda Aceh, saya menggunakan jasa AirPutih untuk meng-upload berbagai berita ke acehkita.com. Namun, kadang-kadang, ada sedikit masalah dengan koneksi. Sebab, tak jarang koneksi AirPutih macet dan down. Saya tidak tahu ini apa kendalanya. Tapi, biasanya kawan-kawan di AirPutih Banda Aceh cepat tanggap, kok.

Baru-baru ini saya pergi ke Calang, Aceh Jaya. Di sana ada kantor AirPutih. Namun, sayang beberapa warga yang saya tanyai, tidak mengetahui apa itu AirPutih. Dan, yang membuat saya bingung, yang tidak tau AirPutih itu, ya tiga Security (kalau dulu dibilang Satpam, biar keren dikit pakai bahasa Inggris aja dah; security) di UN-WFP. Padahal, ternyata markas AirPutih itu, ya di depan markas UN-WFP, hehee.

Sebagai pengguna jasa AirPutih gratisan, saya berharap, aktivis AP menghibahkan peralatan ini ke mereka yang tidak berpikiran komersil.

Fakultas Ekonomi Unsyiah, Banda Aceh, 14 Desember 2005.

CATATAN: Dibuat sebagai testimoni bagi tim AirPutih yang telah bekerja maksimal memulihkan koneksi Internet di Aceh pascatsunami. Mereka akan keluar dari Aceh pada akhir tahun ini. Koneksi Internet wifi gratisan pun, terancam tidak bisa digunakan lagi.

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting