Sabtu, Februari 05, 2011

Pulau Bunta [1]

SAYA tak sabar ingin segera menjejakkan kaki di hamparan pasir putih begitu Pulau Bunta terbentang di depan mata. Dari jarak sekitar satu mil, saat masih berada di tengah laut, hamparan pasir putih terlihat jelas menghiasi pulau yang berada di gugusan Pulau Aceh, Aceh Besar.

Pagi ini, bersama tujuh kawan, kami menyewa boat di dermaga Ulee Lheue, Banda Aceh, menuju Bunta. Perjalanan mengarungi laut ditempuh dalam waktu satu jam. Beruntung, hari ini cuaca bersahabat. Angin laut yang biasanya mengganas, pagi ini adem-adem saja. Ombak pun nyaris tak ada: hanya deburan kecil yang membuat perahu kami seperti ayunan yang diikat di pohon kelapa di pinggir laut.

Saya yang biasanya mabuk laut, hari ini bisa duduk manis di samping "pawang boat" atau juru kemudi. "Kemarin ombaknya besar. Kalian beruntung," kata nakhoda boat.

Ini perjalanan pertama saya menuju Pulau Bunta. Dan ini pengalaman kedua menyusuri perairan antara Pulau Batu dengan ujung barat Pulau Sumatera, Ujong Pancu. Di antara dua pulau ini, lautnya terkenal ganas. Saya pernah menempuh perjalanan dari dermaga Lampulo menuju Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, dua pekan setelah tsunami menyapu pesisir Aceh, enam tahun lalu.

Pada tanggal 14 Januari 2005, mesin boat yang saya tumpangi mati mendadak di tengah gempuran ombak setinggi dua meter. Boat oleng dahsyat. Seisi perahu pucat pasi. Dua jurnalis dari Jepang yang semula menikmati perjalanan, mendadak pucat. Saya berpikir inilah akhir perjalanan saya menyusuri dunia ini. Syukur, Tuhan memberi kami umur panjang dan membolehkan kami melanjutkan perjalanan ke Lhoong.

Saat menempuh perjalanan tadi, pengalaman mendebarkan di pembuka tahun 2005 seketika melintas di pikiran saya. "Hari ini lautnya tenang," lanjut nakhoda boat bermesin 23 PK itu.

Benar saja, kami bisa menginjakkan kaki di hamparan pasir putih Pulau Bunta dengan mulus. Walaupun sempat kelimpungan di pinggir pantai, karena boat kami salah mendarat. Ya, Hasbi Azhar, sang navigator boat dadakan, salah memberi arah lokasi labuhan. Jadilah, ombak kecil mengaduk-aduk lambung boat.

Ehm, saya tak sabar untuk segera menyusuri bibir pantai berpasir putih. Tapi, harus saya tunda dulu, karena kami harus mempersiapkan segala keperluan logistik di rumah singgah. [bersambung]
Published with Blogger-droid v1.6.7

3 comments:

husaini mengatakan...

wah, sungguh menyenangkan rasanya berada di sana...!

eFMG mengatakan...

Ayo, bertandanglah ke Pulau Bunta.

Nelva Amelia mengatakan...

sangat ingin ke pulau ini jugaa ><

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting