Rabu, April 13, 2005

Perundingan GAM dan RI Bahas Sejumlah Masalah
GAM Persoalkan Operasi TNI

Reporter: AK-1 - Jakarta

Jakata, Acehkita. Perundingan antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kembali bertemu dalam perundingan di Königstedt Mansion, Vantaa, Helsinki, Selasa (12/4) pagi waktu Helsinki. Perundingan damai ini berlangsung hingga 17 Arpil mendatang.

Perudingan yang memakan waktu enam hari ini, sebut Crisis Management Initiative dalam situsnya, membicarakan masalah Undang-Undang Otonomi Khusus, tuntutan self government GAM, pengaturan keamanan, partisipasi politik, amnesti dan pemantauan terhadap komitmen hasil perundingan.

Delegasi GAM diwakili oleh Perdana Menteri Malik Mahmud, Menteri Luar Negeri Zaini Abdullah, Jurubicara Bachtiar Abdullah, Nur Djuli dan Nurdin Abdurrahman. Sementara delegasi Pemerintah Indonesia terdiri dari Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, Menteri Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil, Farid Husaini (Wakil Menteri Kesejahteraan Sosial), I Gusti Agung Wesaka Pudja (Direktur HAM dan Keamanan Deplu), dan Usman Basyah (Departemen Keamanan Nasional).

Persoalkan operasi militer
Sementara itu, Perdana Menteri GAM di pengasingan Malik Mahmud berharap masalah miskomunikasi yang terjadi sebelum dimulainya perundingan babak ketiga ini, tidak terulang lagi.

“Kami sangat memperhatikan adanya miskomunikasi antara CMI dan delegasi kami, antara rekan Indonesia dan kami, dan juga yang sangat penting adalah antara kami dan rakyat kami di Aceh,” kata Malik Mahmud, Selasa (12/4).

Sebelum dimulainya proses perundingan babak III ini, Malik Mahmud menyorot operasi militer yang masih terjadi di Aceh. “Meningkatnya eskalasi gerakan militer mengurangi itikad baik Indonesia terhadap kedaamian dan solusi demokrasi pada konflik yang terjadi,” kata Malik.

Pagi Selasa, sebut Malik, pihaknya menerima laporan dari Blang Pidie, Aceh Barat Daya, salah seorang komandan distrik GAM di sana, Miswar, ditemukan telah menjadi mayat. Sejak tiga bulan lalu, Miswar ditahan Polres Aceh Selatan. “Kemarin (Senin) mayatnya ditemukan. Beberapa bagian tubuhnya dianiaya sebelum dibunuh,” ujar Malik.

Lebih lanjut Malik mengatakan, pihaknya sedang fokus untuk mengatasi konflik. “Gerakan militer di Aceh, menggambarkan bahw masyarakat Aceh tidak menemukan ketulusan hati dari sebagian pemerintah Indonesia dalam seruan perdamaian,” katanya.

Sejumlah warga yang dimintai komentar oleh acehkita, mengharapkan Pemerintah Indonesia dan GAM ikhlas dalam menempuh perundingan ini. “Setidaknya harus ada titik temu untuk menyelesaikan Aceh secara bermartabat. Kedua pihak harus berani mundur selangkah, apalagi kita sedang menghadapi musibah yang paling parah abad ini,” kata Tgk H. Faisal Ali, rais am Rabithah Thaliban Aceh. [dzie]

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting